Ragamutama.com JAKARTA. UBS Group AG, perusahaan raksasa di bidang perbankan investasi dan jasa keuangan, baru-baru ini memberikan angin segar bagi pasar modal Indonesia dengan menaikkan peringkat saham Indonesia menjadi overweight. Keputusan strategis ini didasarkan pada fondasi ekonomi domestik yang solid dan ketahanan pasar yang relatif tinggi terhadap gejolak eksternal.
Kabar baik dari UBS yang meningkatkan peringkat saham Indonesia menjadi overweight disambut positif, meskipun dampaknya belum sepenuhnya meredakan kekhawatiran pasar secara keseluruhan.
Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, mengamati bahwa sentimen global menunjukkan tanda-tanda stabilisasi, termasuk pernyataan Donald Trump yang mulai melunak terkait isu tarif impor dari Tiongkok.
“Kondisi ini membuka peluang bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk mengalami penguatan dalam jangka pendek. Namun, penting untuk dicatat bahwa situasi ini masih bersifat sementara. Ketidakpastian global tetap menjadi perhatian utama, sehingga investor perlu berhati-hati terhadap potensi koreksi,” ungkap Nico.
UBS Naikkan Peringkat Saham Indonesia, Investor Sebaiknya Bagaimana?
Dalam iklim investasi yang penuh tantangan seperti saat ini, Nico merekomendasikan sektor perbankan, emas, dan consumer goods sebagai sektor-sektor yang patut diperhatikan. Menurutnya, sektor konsumer tetap menunjukkan kinerja yang baik karena didukung oleh permintaan dasar yang stabil dari masyarakat.
“Di tengah dinamika yang dipicu oleh perang dagang, konsumsi akan tetap menjadi kebutuhan utama,” jelasnya.
Sementara itu, Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, menekankan pentingnya mengadopsi pendekatan yang menggabungkan analisis fundamental dan teknikal dalam pengambilan keputusan investasi.
“Saham yang dinilai undervalued berdasarkan analisis fundamental dan telah memasuki fase sideways secara teknikal dapat menjadi indikasi akumulasi menuju fase kenaikan harga. Di sinilah potensi keuntungan optimal dapat terwujud,” jelas Nafan.
Dua Bulan Lalu Dipangkas Goldman, Kini UBS Kerek Peringkat Indonesia Jadi Overweight
Nico menyarankan agar investor ritel fokus pada saham-saham dengan fundamental yang kuat dan mulai melakukan akumulasi jika memiliki tujuan investasi jangka panjang. Bagi para trader, volatilitas pasar dapat dimanfaatkan dengan bijak, asalkan disertai dengan manajemen risiko yang ketat dan diversifikasi aset yang memadai.
Hingga saat ini, baik Nico maupun Nafan belum melakukan revisi terhadap proyeksi atau target IHSG untuk tahun 2025.
“Kami masih menunggu perkembangan lebih lanjut, terutama hingga semester pertama tahun ini berakhir,” tutup Nico.