Ragamutama.com JAKARTA. Dalam dinamika pasar yang penuh tantangan, pergerakan saham-saham yang tergabung dalam indeks SMC Liquid mulai memperlihatkan daya tarik tersendiri.
Hingga penutupan sesi perdagangan pada Kamis (17/4), indeks ini tercatat berada pada angka 263,632, mengalami koreksi sebesar 13,52% secara year to date (ytd). Sebagai perbandingan, pada tanggal 9 April, indeks ini sempat mencapai titik terendah di level 247,827, dengan koreksi yang lebih dalam mencapai 18,71% ytd.
Menurut data yang dihimpun oleh Bloomberg, beberapa saham yang menjadi bagian dari indeks ini telah mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) memimpin daftar dengan lonjakan sebesar 27,54% ytd. Menyusul di belakangnya adalah PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) yang mengalami kenaikan sebesar 18,3% ytd, serta PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) yang menguat sebesar 15,38% ytd.
Cek Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Senin (21/4)
Selain itu, saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) juga mencatatkan pertumbuhan sebesar 13,21% ytd, diikuti oleh PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) dengan kenaikan sebesar 11,98% ytd.
Saham-saham lainnya yang turut menunjukkan kinerja positif termasuk PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) yang naik 5,35% ytd, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) sebesar 4,92% ytd, PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) sebesar 4,46% ytd, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) sebesar 4,61% ytd, serta PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) sebesar 3,24% ytd.
Sebagai catatan, indeks SMC Liquid merepresentasikan fluktuasi harga saham-saham dengan kapitalisasi pasar kecil hingga menengah yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi. Seringkali, kelompok saham ini juga dikenal sebagai saham lapis kedua.
Oktavianus Audi, Analis sekaligus VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas, berpendapat bahwa secara umum, saham-saham dalam indeks ini memiliki fundamental keuangan yang kuat. Beberapa saham bahkan mendapatkan dorongan dari kenaikan harga komoditas.
Hal ini tercermin dari pertumbuhan laba bersih di tahun 2024 dari sejumlah emiten, seperti ANTM yang tumbuh 18,5% yoy, TAPG yang meningkat 94% yoy, LSIP dengan lonjakan sebesar 93% yoy, dan JPFA yang mengalami peningkatan signifikan sebesar 224% yoy.
Cek Prediksi IHSG dan Rekomendasi Saham dari Analis Ini untuk Senin (21/4)
Menurut Audi, kinerja yang solid ini menjadi salah satu alasan mengapa saham-saham ini menarik perhatian investor, terutama di tengah tekanan yang dialami oleh saham-saham dengan kapitalisasi besar atau blue chip.
“Pada akhirnya, investor akan mencari alternatif aset yang mampu tumbuh dan tetap kuat di tengah tekanan pasar saat ini,” ungkap Audi kepada Kontan pada Minggu (20/4).
Audi menambahkan bahwa sejumlah konstituen dalam indeks IDX SMC Liquid masih memiliki prospek yang menjanjikan, seperti potensi kenaikan harga komoditas dan peningkatan permintaan terhadap aset safe haven, yang berpotensi meningkatkan kinerja emiten produsen dan penjual emas.
Selain itu, sektor defensif seperti konsumer dan utilitas, yang cenderung lebih tahan terhadap tekanan ekonomi, serta kinerja keuangan kuartal I-2025 yang diperkirakan masih akan mencatatkan pertumbuhan positif, juga menjadi faktor pendukung.
“Kami optimis bahwa pasar akan merespons secara positif keberlanjutan ini,” kata Audi.
Namun demikian, Audi juga mengingatkan bahwa pergeseran minat investor kembali ke saham-saham blue chip mungkin saja terjadi jika kondisi pasar membaik dan bank sentral mulai menurunkan suku bunga. Potensi rotasi ini diperkirakan akan terjadi pada kuartal III dan IV tahun 2025.
Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, menilai bahwa saham-saham dalam indeks SMC Liquid memiliki fundamental yang kuat. Ia juga menyoroti bahwa dari sisi valuasi, sebagian besar saham dalam indeks ini tergolong undervalued atau sedang diperdagangkan pada level harga yang lebih rendah dari seharusnya.
“Secara fundamental, emiten-emiten dalam SMC ini memiliki fondasi yang kokoh. Ketika valuasinya sedang diskon, ini bisa menjadi kesempatan menarik bagi para investor,” jelas Nafan kepada Kontan pada Minggu (20/4).
Ia menambahkan bahwa seiring dengan pemulihan (rebound) IHSG dan peningkatan likuiditas pada saham-saham SMC, kenaikan harga saham-saham tersebut menjadi wajar.
Di tengah ketidakpastian pasar global yang masih membayangi, Nafan berpendapat bahwa indeks SMC Liquid dapat menjadi opsi yang menarik bagi investor yang ingin memanfaatkan peluang di tengah kondisi pasar yang fluktuatif.
Senada dengan hal tersebut, Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, mengamini bahwa saham-saham yang tergabung dalam indeks SMC Liquid berpotensi menjadi pilihan yang menarik di tengah kondisi pasar yang volatil. Hal ini sejalan dengan prospek sektor riil yang cenderung tetap defensif.
“Sebagai contoh, saham seperti TAPG dan LSIP memiliki peluang untuk menguat seiring dengan prospek permintaan CPO yang masih tinggi. Sementara itu, JPFA dari sektor konsumer juga masih menunjukkan karakteristik defensif,” jelas Indy kepada Kontan pada Minggu (20/4).
Indy merekomendasikan agar investor mencermati saham-saham di sektor energi, khususnya yang terkait dengan komoditas seperti emas dan kelapa sawit.
Selain itu, sektor konsumer dinilai masih cukup defensif, terutama untuk saham-saham berkapitalisasi besar yang mampu menjaga margin profitabilitas di tengah tantangan pasar.
Audi merekomendasikan strategi buy untuk saham ANTM dengan target harga Rp 2.050 dan JPFA dengan target harga Rp 2.460, serta strategi trading buy untuk saham MDKA pada target level harga Rp 1.850 per saham.
Sementara itu, Indy menyarankan strategi buy untuk saham TAPG, BNGA, JPFA, dan ANTM dengan target harga masing-masing di level Rp 945, Rp 1.900, Rp 2.170, dan Rp 2.350 per saham.
Adapun Nafan merekomendasikan strategi akumulasi beli untuk sejumlah saham anggota indeks SMC Liquid, seperti JPFA pada level target Rp 2.080, ADHI di harga target Rp 246, dan SCMA dengan target Rp 198 per saham.