Sektor Telekomunikasi Tertekan: Tantangan dan Prospek Kinerja Terbaru

- Penulis

Minggu, 20 April 2025 - 14:19 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com – JAKARTA. Performa perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi diperkirakan masih akan menghadapi tantangan akibat penurunan daya beli masyarakat, meskipun berbagai strategi inovatif telah diimplementasikan. Di tengah sengitnya kompetisi harga paket data, segmen fiber to the home (FTTH) diharapkan menjadi penopang utama bagi keberlangsungan sektor ini.

Tiga pemain kunci dalam industri telekomunikasi, yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Indosat Tbk (ISAT), dan PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk (EXCL), secara serentak mengadopsi strategi baru untuk menggenjot pendapatan mereka. Strategi tersebut berfokus pada peningkatan harga kartu perdana dengan tujuan mendorong pengguna untuk lebih sering melakukan pengisian ulang data.

Namun, Analis Indo Premier Sekuritas, Aurelia Barus dan Belva Monica, berpendapat bahwa implementasi strategi ini belum akan memberikan dampak signifikan terhadap kinerja perusahaan, setidaknya hingga kuartal II tahun 2025 mendatang.

Bagaimana Persaingan Bisnis Telekomunikasi Usai XLSmart (EXCL) Hadir?

“Meskipun ada penyesuaian harga, kami melihat potensi dampaknya terhadap prospek *yield* data secara keseluruhan untuk (proyeksi) kuartal II-2025 masih belum pasti. Jika kartu perdana dengan harga terjangkau dan bonus data yang minim masih beredar di pasar, maka dampaknya terhadap *yield* data hingga akhir tahun 2025 diperkirakan tetap terbatas,” ungkap Aurelia dan Belva dalam riset yang dipublikasikan pada 17 April 2025.

Baca Juga :  Waspada Modus Baru! BI Imbau Nasabah Cek Ulang Transfer Hindari Penipuan AI

Meskipun demikian, momentum perayaan hari besar keagamaan berpotensi menjadi katalis positif, mengingat implementasi strategi baru ini dimulai pada bulan Maret 2025. Menurut Aurelia dan Belva, lalu lintas data pada kuartal I dapat mencapai 25%–25,4% dari total keseluruhan tahun 2025. Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata tiga tahun terakhir, yang hanya berkisar antara 23,5%–23,8%.

Di sisi lain, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisory, Ekky Topan, menggarisbawahi bahwa sektor telekomunikasi secara umum masih akan menghadapi dua tantangan utama.

Pertama, adalah isu perang harga. Ekky menjelaskan bahwa persaingan harga murah antar operator berpotensi menekan margin keuntungan secara berkelanjutan. Hal ini disebabkan karena operator terpaksa menurunkan tarif demi mempertahankan, atau bahkan memperluas, pangsa pasar mereka.

Kedua, adalah beban biaya modal terkait peluncuran jaringan 5G. “Mulai dari perolehan spektrum hingga modernisasi infrastruktur *backhaul*, dapat menambah beban keuangan jika tidak diimbangi dengan peningkatan rata-rata pendapatan per unit atau *average revenue per unit* (ARPU) serta efisiensi operasional,” jelas Ekky kepada Kontan.co.id, pada hari Kamis (17/4).

Baca Juga :  Daftar Jurusan Terfavorit di ITS dan Cek Daya Tampungnya

Penurunan Daya Beli Bayangi Emiten Telekomunikasi, Cek Rekomendasi Analis

Namun demikian, sektor telekomunikasi masih memiliki harapan pada segmen fiber to the home (FTTH). Berdasarkan proyeksi Aurelia dan Belva, TLKM diprediksi mampu mencapai ekspektasi pertumbuhan bersih pelanggan FTTH pada kuartal I tahun fiskal 2025 ini. Begitu pula dengan EXCL, ARPU FTTH perseroan diperkirakan akan sesuai dengan harapan.

Akan tetapi, Aurelia dan Belva tetap mempertahankan peringkat netral untuk sektor telekomunikasi. Mereka menyoroti ISAT sebagai saham unggulan dengan prospek pertumbuhan yang menjanjikan.

Sementara itu, Ekky menilai bahwa sektor ini masih cukup menarik di tengah valuasi harga saham yang relatif terjangkau. Ia memproyeksikan target harga EXCL di level Rp 2.300 per saham, dengan potensi kenaikan hingga Rp 2.400 jika terjadi *rebound* data dan strategi *bundling* yang efektif.

Selanjutnya, untuk TLKM, Ekky memperkirakan target harga di level Rp 2.700 per saham, dengan peluang naik ke Rp 3.000 jika momentum *bullish* terus berlanjut. Untuk ISAT, target harganya dipatok di level Rp 2.000 per saham, dengan potensi kenaikan hingga Rp 2.400.

Berita Terkait

Waspada! BI Ungkap Modus Penipuan Smishing Berkedok BTS Palsu
Elon Musk Dihubungi PM India: Peluang Kerja Sama Teknologi Terbuka Lebar!
Green Coke Pertamina: Solusi Bahan Baku Baterai Ramah Lingkungan
Panduan Lengkap: 10 Kamera Mirrorless Terbaik untuk Fotografer Pemula
CEO Nvidia ke China: Strategi Baru di Tengah Pembatasan Chip AS?
AWS Down: Layanan Kripto Global & Lokal Lumpuh Sementara?
Garuda Siapkan Armada: 14 Pesawat Layani 90 Ribu Jemaah Haji Indonesia
Lion Parcel Perkenalkan LIOLIO: CEO Virtual Pertama Gemparkan Indonesia!

Berita Terkait

Minggu, 20 April 2025 - 16:27 WIB

Waspada! BI Ungkap Modus Penipuan Smishing Berkedok BTS Palsu

Minggu, 20 April 2025 - 14:19 WIB

Sektor Telekomunikasi Tertekan: Tantangan dan Prospek Kinerja Terbaru

Sabtu, 19 April 2025 - 23:27 WIB

Elon Musk Dihubungi PM India: Peluang Kerja Sama Teknologi Terbuka Lebar!

Jumat, 18 April 2025 - 22:31 WIB

Green Coke Pertamina: Solusi Bahan Baku Baterai Ramah Lingkungan

Jumat, 18 April 2025 - 17:19 WIB

Panduan Lengkap: 10 Kamera Mirrorless Terbaik untuk Fotografer Pemula

Berita Terbaru

society-culture-and-history

UNESCO Tetapkan 16 Geopark Global Baru, Indonesia Sumbang Dua Situs

Minggu, 20 Apr 2025 - 21:24 WIB