Jakarta, RAGAMUTAMA.COM – Pada Jumat, 18 April 2025, Volvo Group mengumumkan rencana pengurangan tenaga kerja hingga 800 karyawan di tiga pabriknya di Amerika Serikat. Keputusan ini merupakan respons terhadap fluktuasi pasar dan penurunan permintaan yang dipicu kebijakan tarif yang diberlakukan Presiden Donald Trump.
Kebijakan tarif yang diterapkan sejak awal April 2025 telah menimbulkan guncangan signifikan di industri otomotif global, termasuk Volvo Group, perusahaan asal Swedia yang tergabung dalam AB Volvo. Pemangkasan karyawan ini menjadi konsekuensi nyata dari lonjakan biaya produksi akibat tarif impor, khususnya untuk komponen kendaraan.
1. Dampak tarif terhadap operasional Volvo
Tarif yang diimplementasikan oleh Trump, termasuk tarif 25 persen untuk baja dan aluminium serta tarif tambahan pada suku cadang otomotif, telah meningkatkan beban biaya produksi di sektor otomotif. Volvo Group, yang beroperasi di fasilitas Macungie, Pennsylvania; Dublin, Virginia; dan Hagerstown, Maryland, menghadapi tekanan finansial yang signifikan akibat kenaikan biaya ini.
“Pesanan truk tugas berat terus mengalami dampak negatif karena ketidakpastian pasar terkait tarif pengangkutan, permintaan, dan potensi perubahan regulasi,” ungkap juru bicara Volvo Group North America dalam pernyataan resmi, seperti dikutip CNBC.
Pengurangan jumlah karyawan sebanyak 550 hingga 800 orang ini direncanakan akan selesai dalam tiga bulan mendatang.
Tarif Trump Hantui Sektor Otomotif, Emiten MPMX Siapkan Strategi Ini
Tarif Trump Hantui Sektor Otomotif, Emiten MPMX Siapkan Strategi Ini
2. Respon industri otomotif terhadap kebijakan tarif
Industri otomotif global sedang menghadapi tantangan berat akibat gangguan rantai pasok yang disebabkan oleh tarif Trump. Mengutip NBC News, analis dari Boston Consulting Group memperkirakan tarif ini dapat menambah beban biaya industri otomotif hingga 160 miliar dolar AS (Rp2,7 kuadriliun) per tahun, yang berdampak langsung pada harga kendaraan baru dan bekas.
Volvo bukanlah satu-satunya yang terdampak. Produsen seperti Toyota mulai mempertimbangkan relokasi produksi ke AS untuk mengurangi dampak tarif, sementara merek lain seperti Jaguar Land Rover bahkan menghentikan penjualan di AS. Hal ini menunjukkan upaya industri untuk bertahan di tengah ketidakpastian perdagangan global.
3. Tantangan jangka panjang bagi pasar tenaga kerja
Pengurangan jumlah karyawan oleh Volvo semakin mempertegas kekhawatiran akan dampak tarif terhadap pasar tenaga kerja AS. Meskipun Trump mengklaim tarif akan menghidupkan kembali manufaktur AS, laporan dari Goldman Sachs menunjukkan bahwa tarif yang bersifat luas justru dapat mengurangi lapangan pekerjaan.
“Dampak langsungnya adalah pembatalan pesanan dan risiko penurunan belanja konsumen,” ujar seorang analis dari CNBC Supply Chain Survey.
Ketidakpastian ini berpotensi memperparah kondisi ekonomi, khususnya bagi pekerja di sektor manufaktur, seperti yang dialami karyawan Volvo.
Kena Tarif Trump, Produsen Tas Branded dari China Banting Harga
Kena Tarif Trump, Produsen Tas Branded dari China Banting Harga