Arkeologi Ungkap Fakta Tersembunyi di Balik Penyaliban Yesus

- Penulis

Sabtu, 19 April 2025 - 08:36 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com – Riwayat wafat dan kebangkitan Yesus Kristus merupakan kisah sentral mengenai harapan, pengorbanan, dan kemenangan yang mendalam, termasyhur sepanjang sejarah manusia. Seorang tukang kayu sederhana dari Galilea, yang dipandang remeh oleh masyarakat Romawi, menantang kekuasaan dengan keberanian dan cinta—lalu menghadapi ajal yang mengenaskan di kayu salib. Akan tetapi, hanya dalam tiga hari, sebagaimana dicatat dalam Alkitab, Ia bangkit dari kematian, mengubah peradaban dunia selamanya.

Kisah ini telah menjadi landasan spiritual bagi lebih dari dua miliar umat Kristiani di seluruh penjuru bumi. Namun, bagi para sejarawan dan arkeolog, pertanyaan yang muncul berbeda: Sejauh manakah keakuratan kisah ini dapat dikonfirmasi secara historis dan arkeologis?

Penyaliban: Fakta yang Diakui Banyak Sumber

Dari perspektif sejarah, penyaliban Yesus adalah salah satu aspek yang paling kuat dan didukung secara luas dalam catatan hidupnya. Surat-surat dari Rasul Paulus—dokumen tertua dari para pengikut Yesus yang ditulis antara tahun 50–65 M—secara eksplisit menyebutkan peristiwa tersebut.

Keempat Injil kanonik menyajikan detail tambahan, dan beberapa penulis non-Kristen pada abad ke-2 seperti Tacitus dan Lucian juga mengonfirmasi penyaliban sebagai realitas sejarah.

Uniknya, umat Kristen awal cenderung enggan menggambarkan Yesus tergantung di kayu salib. Namun, sebuah grafiti dari abad ke-2 yang ditemukan di Roma menggambarkan sosok manusia berkepala keledai yang disalib, disertai tulisan yang mengejek seorang Romawi yang menyembah “Tuhan” ini. Gambaran satir ini mungkin merupakan representasi visual tertua Yesus—sebuah ironi dari seorang pengecam.

Jejak Via Dolorosa: Antara Tradisi dan Sejarah

Setiap tahun, ribuan peziarah berjalan kaki menyusuri Via Dolorosa di Yerusalem—sebuah rute sepanjang 600 meter yang dianggap sebagai jalan penderitaan Yesus, dari proses pengadilan hingga kematian-Nya di kayu salib. Akan tetapi, pada kenyataannya, para peziarah tersebut sangat mungkin tidak melintasi jalur yang sama persis dengan yang dilalui oleh Yesus.

Dalam Injil, disebutkan bahwa Yesus diadili di tempat yang disebut “praetorium”—istilah Latin untuk tenda komandan Romawi dalam perkemahan militer. Para sejarawan modern berpendapat bahwa praetorium ini berlokasi di Istana Herodes, bukan di Benteng Antonia seperti yang menjadi titik awal Via Dolorosa saat ini.

Fondasi Istana Herodes bahkan baru ditemukan pada tahun 2001, berdekatan dengan Museum Menara Daud di Yerusalem. Dengan demikian, rute yang ditempuh Yesus mungkin sangat berbeda dari yang selama ini dirayakan dalam tradisi.

Salib yang Dipikul: Bukan Seperti dalam Film

Dari lokasi pengadilan tersebut, Yesus kemudian dibawa menuju Golgota—”tempat tengkorak”—untuk disalibkan. Dalam representasi visual dan lukisan-lukisan abad pertengahan, Yesus sering digambarkan memikul seluruh salib. Namun, secara realistis, hal ini sangat tidak mungkin terjadi.

Berat salib secara keseluruhan bisa mencapai 135 kilogram. Sementara itu, bagian palangnya saja (disebut patibulum) memiliki berat sekitar 35–40 kilogram. Para penulis Romawi seperti Plautus juga mencatat bahwa orang yang akan disalibkan hanya membawa patibulum, bukan keseluruhan salib. Hal ini mengubah cara kita membayangkan penderitaan Yesus—tetap berat dan menyakitkan, namun dengan detail yang lebih akurat secara historis.

Baca Juga :  "Gadis Pantai: Potret Ketidakadilan dalam Tradisi Feodal yang Menyayat Hati"

Golgota dan Gereja Makam Kudus

Destinasi akhir dari perjalanan penderitaan ini adalah Gereja Makam Kudus di Kota Tua Yerusalem, sebuah situs yang secara tradisional dipercaya sebagai lokasi penyaliban, penguburan, dan kebangkitan Yesus.

Namun, dari sudut pandang sejarah, penyaliban jarang dilakukan dengan menggunakan paku. Kebanyakan korban disalibkan dengan cara diikat menggunakan tali. Hal ini menimbulkan pertanyaan: benarkah Yesus dipaku, seperti yang tertulis dalam Injil?

Penemuan penting pada tahun 1968 oleh arkeolog Vassilos Tzaferis memberikan petunjuk—ia menemukan kerangka seorang pria dari abad pertama yang masih memiliki paku menancap di pergelangan kakinya. Penemuan langka ini memperkuat kemungkinan bahwa paku memang digunakan, meskipun tidak umum.

Penemuan serupa juga terjadi pada tahun 2019 di dekat Venesia. Ini adalah dua dari sedikit bukti arkeologis konkret mengenai praktik penyaliban dalam Kekaisaran Romawi, meskipun kita memiliki banyak catatan tertulis tentangnya, termasuk penyaliban massal para pengikut Spartacus pada 71 SM.

Kontroversi Mengenai Lokasi

Gereja Makam Kudus juga diyakini sebagai tempat pemakaman Yesus. Injil Yohanes mencatat bahwa di lokasi penyaliban terdapat sebuah taman, dan Yesus dimakamkan di sebuah makam baru yang terletak di taman tersebut.

Namun, pada abad ke-19, beberapa kalangan Protestan mulai meragukan lokasi gereja tersebut. Mereka mempertanyakan keaslian tempat itu karena dibangun 300 tahun setelah peristiwa tersebut oleh Kaisar Konstantinus. Selain itu, tradisi Yahudi, Romawi, dan Yunani kuno melarang penguburan orang mati di dalam batas kota. Pada zaman Yesus, lokasi gereja masih berada di luar tembok Yerusalem, tetapi seiring dengan perluasan kota, wilayah ini kemudian menjadi bagian dari kota.

Karena keraguan ini, Charles Gordon—seorang arkeolog Alkitab sekaligus pahlawan perang—mengusulkan lokasi alternatif: sebuah bukit yang berjarak sekitar satu mil dari gereja, yang kini dikenal sebagai Garden Tomb. Akan tetapi, penelitian arkeolog Gabriel Barkay pada tahun 1986 membuktikan bahwa makam tersebut berasal dari Zaman Besi, jauh sebelum abad pertama. Seperti yang diungkapkan oleh ahli agama Andrew Henry, “Tidak ada sarjana kritis masa kini yang meyakini bahwa Garden Tomb adalah makam Yesus yang sebenarnya.”

Sebuah teori yang lebih masuk akal diajukan oleh pakar Perjanjian Baru, Joan Taylor. Ia berpendapat bahwa Golgota adalah sebuah tambang tua yang terletak di dekat Gerbang Gennath, di sebelah barat kota. Dalam praktik Romawi, para kriminal biasanya disalibkan di tempat umum—di tepi jalan—agar kematian mereka menjadi tontonan sekaligus peringatan bagi masyarakat.

Baca Juga :  Simak Keindahan Serta Kemegahan 5 Katedral Bergaya Gothic

Di sinilah perdebatan semakin memanas. Beberapa ahli seperti Bart Ehrman dan John Dominic Crossan menyatakan bahwa sangat mungkin Yesus tidak dimakamkan sama sekali. Dalam tradisi Romawi, jasad para kriminal seringkali dibiarkan tergantung atau dibuang ke kuburan massal tanpa upacara. Jika ini yang terjadi, maka seluruh kisah tentang makam kosong dan kebangkitan akan dipertanyakan.

Namun, sejarawan Yahudi Yosefus menulis bahwa orang Yahudi sangat menjunjung tinggi pemakaman, bahkan untuk para penjahat. Mereka memastikan jenazah dikuburkan sebelum matahari terbenam. Karena eksekusi Yesus terjadi menjelang Paskah, Gubernur Pilatus mungkin merasa perlu untuk menjaga ketertiban dengan mengizinkan pemakaman.

Mencari Makam yang Kosong

Jika Yesus benar-benar dimakamkan, ke manakah jasadnya dibawa? Injil menceritakan bahwa Yusuf dari Arimatea—seorang anggota Dewan Yahudi—meminta jenazah Yesus dan menguburkannya di makam keluarga yang baru dibangun. Jodi Magness, seorang arkeolog terkemuka, menyatakan bahwa versi ini “selaras dengan bukti arkeologis dan hukum Yahudi.”

Banyak sarjana yang akhirnya sepakat: jika ada satu lokasi yang paling mungkin sesuai dengan kisah penyaliban dan pemakaman Yesus, maka Gereja Makam Kudus adalah kandidat terkuat.

Tentang Kebangkitan

Pertanyaan terbesarnya tetap belum terjawab: apakah Yesus benar-benar bangkit?

Injil menyatakan bahwa tiga hari setelah kematian-Nya, makam Yesus ditemukan kosong. Malaikat-malaikat dan penampakan Yesus yang bangkit juga disebutkan dalam kisah-kisah Injil. Di dunia kuno, kisah tentang dewa-dewa yang mati dan bangkit bukanlah hal yang asing. Dewa seperti Osiris, Mithras, atau Dionysus memiliki narasi yang serupa. Keyakinan bahwa orang mati dapat berinteraksi dengan yang hidup juga lazim.

Seperti yang dijelaskan oleh Meghan Henning, profesor Perjanjian Baru, “Saat ini, jika seseorang mengatakan bahwa mereka berbicara dengan ibunya yang sudah meninggal, kita akan merasa khawatir. Tetapi di dunia kuno, orang akan bertanya, ‘Oh ya? Apa yang dia katakan?’”

Namun, dari segi bukti, arkeologi tidak dapat memberikan banyak informasi. Ketika makam di dalam aedicule Gereja Makam Kudus dibuka pada tahun 2016, ia ditemukan kosong. Tetapi, tentu saja, umat Kristen abad ke-4 kemungkinan besar akan memilih makam kosong sebagai situs ziarah, terlepas dari keasliannya.

Beberapa pihak sejak dahulu berspekulasi bahwa jasad Yesus dicuri. Yang lain berpendapat bahwa para murid mengalami halusinasi karena berduka. Seorang sarjana modern bahkan menyebutnya sebagai “penglihatan pasca-duka”—sebuah fenomena psikologis yang nyata. Akan tetapi, yang kita tahu pasti adalah: sejak awal, para pengikut Yesus percaya bahwa Ia bangkit dari kematian. Dan kepercayaan inilah yang telah membentuk sejarah dunia.

Berita Terkait

Museum Kayu Kalteng: Ungkap Jejak Keemasan Hutan Kalimantan Tengah
Taman Safari Terjebak Konflik OCI: Dampak Sengit vs Mantan Pemain Sirkus
Permata Bank Lestarikan Budaya, Dukung Peringatan Mangkunegaran ke-268
Oriental Circus Indonesia: Bukan Bagian dari Taman Safari!
Terungkap! Kisah Sukses di Balik Legenda Minyak Kayu Putih Cap Lang
Intip 10 Tradisi Paskah Unik Dunia: Meriah dan Tak Terduga!
Terungkap! Sosok Pemilik Taman Safari Indonesia Dibalik Isu Eksploitasi Pekerja
Kemenkop Pastikan Anggota Koperasi Desa Merah Putih 100% Warga Lokal

Berita Terkait

Sabtu, 19 April 2025 - 16:08 WIB

Museum Kayu Kalteng: Ungkap Jejak Keemasan Hutan Kalimantan Tengah

Sabtu, 19 April 2025 - 08:39 WIB

Taman Safari Terjebak Konflik OCI: Dampak Sengit vs Mantan Pemain Sirkus

Sabtu, 19 April 2025 - 08:36 WIB

Arkeologi Ungkap Fakta Tersembunyi di Balik Penyaliban Yesus

Sabtu, 19 April 2025 - 08:31 WIB

Permata Bank Lestarikan Budaya, Dukung Peringatan Mangkunegaran ke-268

Sabtu, 19 April 2025 - 06:56 WIB

Oriental Circus Indonesia: Bukan Bagian dari Taman Safari!

Berita Terbaru

urban-infrastructure

Investor Merapat: Peluang Proyek Tol dan Air Rp160 Triliun di Indonesia

Minggu, 20 Apr 2025 - 00:15 WIB