Ragamutama.com, JAKARTA — Beberapa perusahaan terbuka mengumumkan rencana pembelian kembali saham, atau lebih dikenal dengan istilah buyback, termasuk pula emiten yang berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pertanyaan yang muncul adalah, seberapa besar dampak aksi korporasi buyback ini terhadap performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sedang mengalami tekanan?
Nafan Aji Gusta, seorang Senior Market Chartist dari Mirae Asset Sekuritas, menjelaskan bahwa tujuan utama dari buyback adalah untuk memelihara dan meningkatkan keyakinan investor dalam jangka panjang, serta menunjukkan fundamental perusahaan yang solid di tengah volatilitas dan dinamika pasar saat ini.
“Selain itu, buyback juga berfungsi untuk meningkatkan kepercayaan dari berbagai pihak terkait dan para investor. Aksi buyback ini menjadi sinyal positif yang menunjukkan bahwa emiten memiliki tingkat likuiditas yang baik,” kata Nafan, pada hari Jumat (18/4/2025).
: Target Harga Saham Telkom (TLKM) yang Mau Buyback Rp3 Triliun
Nafan menambahkan bahwa pelaksanaan buyback ini memiliki dampak positif karena tidak mengganggu stabilitas keuangan, bahkan operasional perusahaan.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa jika proses buyback berjalan dengan lancar dan efektif, hal ini dapat mendorong investor asing untuk meningkatkan akumulasi saham emiten yang bersangkutan.
: : Telkom (TLKM) Siapkan Buyback Saham Rp3 Triliun
Nafan memberikan contoh, saat pandemi Covid-19 melanda, IHSG sempat mengalami penurunan tajam atau mencapai titik terendah (bottoming). Merespon kondisi tersebut, sejumlah emiten mengumumkan program buyback, yang pada akhirnya membantu memicu penguatan IHSG pada periode tersebut.
“Dengan demikian, buyback ini diharapkan dapat berkontribusi pada penguatan Indeks, khususnya IHSG yang kita miliki,” ujar Nafan.
: : Semen Indonesia (SMGR) Alokasikan Rp300 Miliar untuk Buyback Saham
Dalam perkembangan terkini, TLKM (Telkom) berencana untuk melaksanakan buyback saham dengan mengalokasikan dana sebesar Rp3 triliun. Jumlah saham yang akan dibeli kembali oleh Telkom tidak akan melebihi 10% dari total modal yang telah ditempatkan dan disetor.
Menurut manajemen TLKM, program share buyback ini bertujuan untuk memperkuat keyakinan investor terhadap nilai jangka panjang dan potensi pertumbuhan yang dimiliki oleh perusahaan.
Di sisi lain, terkait dengan kebijakan pembagian dividen oleh BUMN, Nafan menjelaskan bahwa biasanya akan ada indikasi atau petunjuk dari emiten BUMN terkait pembagian dividen yang bersumber dari pengumuman kinerja keuangan tahun 2024.
“Indikasi tersebut berupa komitmen penggunaan laba dari emiten BUMN. Saya berpendapat bahwa alokasi laba untuk pembagian dividen akan tetap atraktif, seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya,” kata Nafan.
Sementara itu, untuk saham-saham BUMN, Nafan merekomendasikan saham TLKM dengan rekomendasi akumulasi, menetapkan target harga pada level Rp2.450 dan Rp3.410.
Selanjutnya, saham BMRI juga direkomendasikan untuk akumulasi, dengan target harga (target price atau TP) pada level Rp5.025, Rp6.125, dan Rp7.175.
Terakhir, saham BBRI direkomendasikan dengan rekomendasi akumulasi, dengan target harga pada level Rp3.750, Rp3.880, dan Rp4.450 per saham.