Ragamutama.com – Di tengah tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang masih berlanjut hingga tahun 2025, Apple tampaknya memilih jalur yang berbeda. Raksasa teknologi ini tetap setia mempertahankan lini produksi iPhone-nya di Tiongkok, alih-alih memindahkannya kembali ke tanah airnya, AS.
Keputusan strategis ini ternyata bukan tanpa alasan. CEO Apple, Tim Cook, pernah memberikan penjelasan mendalam pada tahun 2024 lalu kepada Fortune. Kutipan pernyataan Cook ini kemudian viral di media sosial X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) melalui unggahan dari reporter CNBC TV18, Nigel D’Souza.
Dalam penjelasannya, Cook secara tegas menepis anggapan umum bahwa biaya tenaga kerja murah menjadi alasan utama produksi iPhone tetap di China.
“Sudah sejak lama, China bukan lagi negara dengan biaya tenaga kerja yang rendah,” tegas pemimpin Apple tersebut.
Cook lebih menekankan pada keunggulan tenaga kerja China yang terampil dan kemahirannya dalam mengoperasikan berbagai peralatan pendukung yang mutakhir. Menurutnya, proses pembuatan produk Apple memang menuntut penggunaan teknologi yang sangat canggih.
Cook juga membandingkan situasi ini dengan ketersediaan tenaga ahli di AS.
“Di Amerika Serikat, Anda mungkin bisa mengadakan pertemuan dengan para teknisi, tetapi jumlahnya tidak akan cukup untuk memenuhi seluruh ruangan,” ujarnya.
“Namun, di China, Anda bisa mengisi beberapa lapangan sepak bola penuh dengan teknisi. Inilah yang membuat kedalaman keterampilan teknis di China sangat luar biasa,” lanjutnya.
Video penjelasan Tim Cook ini kembali menjadi sorotan di tengah perang tarif impor antara AS dan China, seperti yang dilaporkan oleh Benzinga pada Kamis (17/4/2025). Presiden AS, Donald Trump, pada tanggal 2 April 2025 mengumumkan pemberlakuan tarif impor baru, yang juga menyasar barang-barang dari China dan Indonesia.
Trump menetapkan tarif impor baru sebesar 104 persen untuk barang-barang dari China mulai hari Rabu (9/4/2025), yang kemudian ditingkatkan hingga mencapai 145 persen. Trump menyatakan keyakinannya bahwa Apple mampu memproduksi iPhone dan perangkat lainnya di AS.
Menurut Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, Trump percaya bahwa AS memiliki tenaga kerja, sumber daya, dan kapasitas yang memadai untuk memproduksi iPhone di dalam negeri.
Namun, Trump kemudian mengumumkan pembebasan tarif pajak untuk perangkat smartphone, laptop, dan barang elektronik lainnya. Pernyataan ini disampaikan pada hari Jumat (11/4/2025) waktu AS.
Regulator US Customs and Border Protection (Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS) menjelaskan bahwa barang-barang seperti smartphone, laptop, hard drive, monitor layar datar, beberapa jenis chip, hingga mesin yang digunakan untuk memproduksi semikonduktor, akan memenuhi syarat untuk mendapatkan pengecualian tarif impor.
Hal ini mengindikasikan bahwa ponsel pintar, laptop, dan perangkat sejenis tidak akan dikenakan pajak sebesar 145 persen yang berlaku untuk negara China saat ini, maupun tarif dasar 10 persen dari negara-negara lain. Meski demikian, produk-produk elektronik tersebut masih akan dikenakan tarif 20 persen yang telah diberlakukan sejak awal tahun 2025.
Kebijakan baru ini memberikan sedikit kelegaan bagi perusahaan seperti Apple, Samsung, dan Nvidia. Perubahan ini diharapkan dapat membantu para produsen elektronik untuk menjaga harga barang elektronik, terutama yang tidak diproduksi di AS, agar tetap terjangkau.