Sendang Sinongko, permata tersembunyi wisata air yang ideal untuk relaksasi, hanya sekitar 20 menit dari pusat Kota Klaten
Ragamutama.com – Sendang Sinongko, sebuah oase wisata air yang menawan dan sangat direkomendasikan untuk melepas penat, berjarak singkat, sekitar 20 menit saja dari jantung Kota Klaten.
Terletak di Desa Pokak, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Sendang Sinongko adalah destinasi wisata air alami yang menyimpan keindahan yang belum banyak diketahui.
Juga dikenal sebagai Sendang Tirto Sinongko, tempat ini memanjakan pengunjung dengan keteduhan pepohonan rindang berakar kokoh dan airnya yang sebening kristal.
Dikisahkan bahwa nama ‘Sinongko’ berasal dari momen ketika Sunan Pakubuwono VII beristirahat di sana dan melemparkan biji nangka ke dalam sendang, berharap pohon nangka akan tumbuh dan sendang tersebut menjadi sumber kehidupan.
Setiap tahun, masyarakat setempat menggelar ritual “Bersih Sendang” dengan mengorbankan seekor kambing sebagai wujud syukur atas limpahan berkah air dari sendang ini.
Sendang Sinongko merupakan salah satu tujuan wisata berbasis tradisi yang cukup terkenal di Kabupaten Klaten dan wilayah Jawa Tengah.
Lokasinya strategis, berada di sebelah timur Jalan Jogja-Solo, hanya sekitar 500 meter dari jalan utama.
Suasana yang menenangkan tercipta berkat rimbunnya pepohonan besar dengan akar yang menjulang, menjadikannya lokasi yang fotogenik.
Selain itu, tersedia gazebo, tempat duduk, ayunan, dan taman yang dibangun di bawah naungan pohon, menambah kenyamanan bagi para pengunjung.
Kabar baiknya, untuk menikmati keindahan Sendang Sinongko, pengunjung tidak dipungut biaya masuk alias gratis.
Sendang Sinongko memiliki dua mata air utama; sisi barat dikenal sebagai sendang lanang (laki-laki) dan sisi timur sebagai sendang wadon (perempuan).
Sumber air yang mengalir dari barat ke timur secara keseluruhan dikenal dengan nama Sendang Sinongko.
Sejak dahulu kala, sendang ini telah dimanfaatkan untuk mengairi sawah-sawah di Desa Pokak dan sekitarnya.
Legenda Sendang Sinongko ternyata berkaitan erat dengan kisah Raja Solo, Pakubuwono IV.
Diceritakan bahwa Raja Solo, Pakubuwono IV, dalam perjalanannya menuju Yogyakarta, berhenti bersama rombongan keretanya di tempat ini.
Saat beristirahat, sang raja menyantap buah nangka dan membuang bijinya, seraya berpesan agar sendang ini dinamakan Sinongko, yang berarti “dinangkakan” atau “diberi nangka”.
Sendang Sinongko di Desa Pokak ini sebenarnya telah lama ada dan dikenal oleh masyarakat setempat.
Secara turun-temurun, air dari sendang ini dimanfaatkan oleh warga untuk mengairi ladang mereka.
Selain itu, terdapat kisah mengenai seorang Adipati yang datang bersama pengawalnya, Kiai Wirogupo.
Saat bertemu dengan para petani, Singodrono berpesan agar mereka senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan.
Pesan bijak ini terus dilestarikan oleh masyarakat hingga saat ini.
Setiap hari Jumat Wage pada saat panen ketiga setiap tahunnya, diadakan syukuran dengan menyembelih kambing dan ayam.
Terdapat pula acara bersih sendang yang diadakan setiap tahun, di mana syukuran panen dirayakan dengan hidangan utama daging kambing dan ayam.
Tradisi bersih Sendang Sinongko dengan syukuran makan bersama daging kambing dan ayam ini telah diwariskan sejak zaman dahulu.
Warga dengan sukarela menyumbangkan kambing, ayam, dan makanan sebagai ungkapan rasa syukur mereka.
Setiap kali tradisi ini digelar, ribuan orang berdatangan ke sendang, bahkan warga dari luar daerah dan perantau rela pulang kampung untuk turut serta.
(Tribunnewsmaker.com/Talitha)
