Jakarta, RAGAMUTAMA.COM – Inggris, bersama dengan negara-negara sekutu dalam Group of Seven (G7), sedang mempertimbangkan penyesuaian terhadap batasan harga minyak Rusia. Evaluasi ini muncul di tengah anggapan bahwa mekanisme harga saat ini kurang efektif dalam mencapai tujuannya. Pertimbangan ini mengemuka setelah terjadi penurunan harga minyak global, dipicu oleh dinamika perdagangan yang dipengaruhi oleh kebijakan tarif baru yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) saat itu, Donald Trump.
Inisiatif ini bertujuan untuk semakin menekan sumber pendapatan Rusia yang digunakan untuk mendukung operasi militer di Ukraina. Mengingat harga minyak dunia saat ini berada di bawah ambang batas 60 dolar AS (sekitar Rp1 juta) per barel, negara-negara G7 melihat adanya kesempatan untuk memperkuat sanksi tanpa menimbulkan gangguan signifikan pada pasokan energi global.
1. Latar belakang keputusan
Penerapan batasan harga minyak Rusia sebesar 60 dolar AS (kira-kira Rp1 juta) per barel oleh G7 pada penghujung tahun 2022 bertujuan untuk mengurangi keuntungan finansial Kremlin tanpa menciptakan kekacauan di pasar minyak global. Namun, Rusia telah berhasil mengatasi batasan ini melalui penggunaan armada bayangan (shadow fleet) dan memanfaatkan celah-celah lain yang ada, sehingga efektivitas batasan tersebut dipertanyakan.
Saat ini, dengan harga minyak dunia yang mengalami penurunan tajam menjadi 59,77 dolar AS (sekitar Rp1 juta) per barel, mencapai titik terendah dalam empat tahun terakhir, G7 merasa ini adalah waktu yang tepat untuk memperketat kebijakan yang berlaku.
“Kami melihat adanya peluang untuk memberikan tekanan yang lebih besar kepada Rusia tanpa menimbulkan risiko terhadap ketersediaan pasokan,” ungkap seorang pejabat senior dari UK Treasury yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Keju dan Daging Eropa Kini Tak Boleh Masuk Inggris, Kenapa?
Keju dan Daging Eropa Kini Tak Boleh Masuk Inggris, Kenapa?
2. Dampak potensial bagi Rusia
Penurunan batasan harga diperkirakan akan mengurangi pendapatan ekspor minyak Rusia, yang merupakan sumber utama pendanaan bagi kegiatan militernya. Jika batasan harga diturunkan ke tingkat yang lebih rendah, misalnya 40 dolar AS (sekitar Rp669 ribu) per barel, Rusia mungkin terpaksa menjual minyak dengan diskon yang lebih besar.
Namun, sangat mungkin Rusia akan terus melakukan ekspor minyak, meskipun dengan harga yang lebih rendah, karena keterbatasan kapasitas penyimpanan yang dimilikinya.
“Rusia tidak memiliki opsi lain selain melanjutkan penjualan, bahkan jika hal itu berarti mengalami kerugian,” kata analis energi Dr. Elena Petrova dari Oxford Institute for Energy Studies.
Rusia: AS Jangan Minta Hasil Instan dalam Negosiasi Damai
Rusia: AS Jangan Minta Hasil Instan dalam Negosiasi Damai
3. Tantangan dan langkah ke depan
Meskipun memiliki potensi efektivitas, kebijakan ini menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam hal penegakan sanksi. Rusia telah memanfaatkan armada bayangan untuk mengangkut minyak di atas batasan harga yang ditetapkan, yang melemahkan upaya-upaya G7 sebelumnya.
Untuk mengatasi permasalahan ini, G7 berencana meningkatkan pengawasan terhadap kapal-kapal yang terlibat dalam perdagangan minyak Rusia.
“Kami akan menutup semua celah yang selama ini dimanfaatkan,” tegas Menteri Keuangan Inggris, Rachel Reeves, dalam sebuah wawancara dengan BBC, menegaskan komitmen G7 untuk memperketat sanksi yang ada.
Rusia Sebut Tarif Trump Melanggar Hukum Internasional
Rusia Sebut Tarif Trump Melanggar Hukum Internasional