Ragamutama.com, Jakarta – Dalam catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode perdagangan 8 hingga 11 April 2025 menunjukkan tren negatif, mengalami penurunan sebesar 3,82 persen. Pada penutupan pekan tersebut, IHSG berada pada level 6.262,2, turun dari posisi 6.510,6 pada akhir pekan sebelumnya.
“Secara keseluruhan, pergerakan IHSG selama sepekan terakhir mengalami perubahan yang signifikan, yaitu sebesar 3,82 persen,” ungkap Kautsar Primadi, Sekretaris Perusahaan BEI, dalam keterangan tertulis yang dirilis pada hari Jumat, 11 April 2025.
Selain penurunan pada IHSG, kapitalisasi pasar BEI juga mengalami koreksi, menyusut sebesar 3,88 persen menjadi Rp 10.695 triliun, dibandingkan dengan Rp 11.126 triliun pada akhir pekan sebelumnya. Lebih lanjut, rata-rata nilai transaksi harian di BEI selama periode tersebut tercatat mengalami penurunan sebesar 20,38 persen, menjadi Rp 14,81 triliun dari Rp 18,60 triliun pada pekan sebelumnya.
Aktivitas investor asing pada pekan ini menunjukkan kecenderungan *net selling* atau jual bersih dengan nilai Rp214,17 miliar. Secara kumulatif sejak awal tahun 2025, investor asing telah mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp35,86 triliun.
Data perdagangan saham di BEI selama periode 8–11 April 2025 menunjukkan hasil yang beragam. Kenaikan tertinggi tercatat pada rata-rata frekuensi transaksi harian, yaitu sebesar 16,16 persen, meningkat menjadi 1,18 juta kali transaksi dari 1,02 juta kali transaksi pada pekan sebelumnya. Peningkatan juga terlihat pada rata-rata volume transaksi harian Bursa, yaitu sebesar 0,71 persen menjadi 18,90 miliar lembar saham dari 18,77 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya.
OJK Ungkap IHSG Melemah 11,67 Persen Sejak Awal Tahun
Kinerja IHSG tercatat mengalami pelemahan sejak awal tahun 2025. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa secara year to date (ytd) hingga 10 April 2025, indeks saham tersebut mengalami penurunan sebesar 11,67 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menjelaskan bahwa hingga penutupan perdagangan 10 April 2025, IHSG menunjukkan tren positif dibandingkan hari sebelumnya. Pada penutupan tersebut, IHSG berada di level 6.254, naik sebesar 4,79 persen secara harian. “Meskipun demikian, secara *year to date* masih terjadi penurunan sebesar 11,67 persen,” ujarnya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) yang diselenggarakan secara daring pada Jumat, 11 Januari 2025.
OJK mencatat bahwa pada triwulan pertama tahun 2025, atau sejak awal tahun hingga 27 Maret 2025, IHSG mengalami pelemahan sebesar 8,04 persen. Di tengah sentimen terkait kondisi perekonomian global, pasar saham domestik ditutup dengan penurunan sebesar 3,83 persen sejak awal bulan hingga 27 Maret 2025, mencapai level 6510,62.
Pada tanggal 31 Januari 2025, IHSG masih berada pada level 7109,20. Menurut Inarno, terjadi aksi jual bersih (*net sell*) oleh investor asing (non residen) dari awal tahun hingga Maret 2025. “Secara *year to date*, masih terdapat *net sell* sebesar Rp 29,92 triliun,” jelasnya.
Saat pasar saham dibuka kembali setelah libur lebaran, tepatnya pada tanggal 8 April 2025, IHSG sempat mengalami penurunan tajam hingga 7,9 persen dari level 6.510 ke 5.996. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penghentian perdagangan sementara atau *trading halt* selama 30 menit pada pukul 09.00, dan perdagangan kembali dibuka pada pukul 09.30.
Inarno memaparkan bahwa tekanan terhadap IHSG sedikit berkurang pada tanggal 9 April 2025. Namun, indeks tersebut kemudian mengalami koreksi sebesar 0,47 persen ke level 5.967.
Sebagai upaya untuk mengantisipasi kondisi pasar yang mengalami fluktuasi signifikan, OJK melalui BEI pada tanggal 7 April 2025 mengeluarkan kebijakan baru, yaitu penyesuaian batasan *trading halt* dan penyesuaian batasan *auto rejection* bawah saham.
Ilona Esterina berkontribusi dalam penulisan ini.
Pilihan Editor: Pembelian Membludak, Ini Tips Investasi Emas Antam bagi Pemula