Ragamutama.com Pasar minyak menunjukkan penguatan pada hari Jumat (12/4), dipicu oleh meningkatnya kewaspadaan terhadap risiko geopolitik baru yang berasal dari Amerika Serikat (AS).
Kondisi ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump menerapkan, lalu menangguhkan, tarif impor, yang sempat menciptakan ketidakpastian di pasar global.
Harga Minyak Anjlok, BP-AKR Sesuaikan Harga BBM
Menurut laporan Reuters, harga minyak mentah Brent mengalami kenaikan sebesar 20 sen atau 0,32%, mencapai US$63,53 per barel pada pukul 15:26 GMT.
Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga meningkat, naik 19 sen atau 0,32% menjadi US$60,26 per barel.
“Fakta bahwa AS menjadi sumber risiko geopolitik adalah fenomena baru bagi pasar,” ungkap John Kilduff, seorang mitra di Again Capital LLC.
“Kita mungkin akan menyaksikan perubahan besar dalam dinamika pasar, serupa dengan yang terjadi setelah invasi Rusia ke Ukraina.”
Meskipun menunjukkan penguatan pada hari Jumat, harga Brent dan WTI secara keseluruhan mencatat penurunan mingguan selama dua minggu berturut-turut. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran investor terhadap potensi resesi yang mungkin dipicu oleh eskalasi perang dagang antara AS dan Tiongkok.
Harga Minyak Lanjut Melemah di Pagi Ini (11/4), WTI Turun ke Bawah US$ 60 Per Barel
Pada hari Jumat, China mengumumkan rencana untuk memberlakukan tarif impor sebesar 25% atas produk-produk AS mulai hari Sabtu (12/4), meningkat dari sebelumnya 84%. Tindakan ini merupakan balasan atas keputusan Trump untuk menaikkan tarif terhadap produk-produk China menjadi 145% pada hari Kamis.
Meskipun Trump menunda pemberlakuan tarif terhadap sejumlah negara lain selama periode 90 hari, perselisihan yang berkelanjutan antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia ini diperkirakan akan mengurangi volume perdagangan global dan mengganggu rantai distribusi, yang pada gilirannya dapat menekan pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak global.
“Walaupun sebagian tarif ditunda, terutama yang terkait dengan Tiongkok, dampak terhadap pasar sudah terasa, dan harga masih berjuang untuk kembali stabil,” kata Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank.
Badan Informasi Energi AS (EIA) juga merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada hari Kamis dan memperingatkan bahwa tarif dapat memberikan tekanan signifikan terhadap harga minyak. EIA juga menurunkan perkiraan permintaan minyak AS dan global untuk tahun ini dan tahun depan.
Harga Minyak Dunia Jatuh, Harga Produk BBM di SPBU Turun?
Pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2025 diperkirakan akan melambat dibandingkan tahun sebelumnya, menurut survei Reuters, karena tekanan tambahan dari tarif AS terhadap negara pengimpor minyak terbesar di dunia tersebut.
Direktur Badan Perdagangan PBB menyatakan bahwa dampak tarif bisa sangat “katastropik” bagi negara-negara berkembang.
Daniel Hynes, Analis Senior Komoditas di ANZ Bank, memperkirakan bahwa konsumsi minyak global dapat menurun sebesar 1% jika pertumbuhan ekonomi dunia turun di bawah 3%.