Kenaikan Royalti Nikel: Industri Terguncang, Dampaknya Akan Terasa?

- Penulis

Jumat, 11 April 2025 - 15:07 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta, RAGAMUTAMA.COM – Forum Industri Nikel Indonesia (FINI) secara tegas menyatakan penolakannya terhadap rencana pemerintah untuk menaikkan tarif royalti nikel, yang dijadwalkan mulai berlaku pada pekan kedua bulan ini. Alexander Barus, Ketua Umum FINI, menekankan bahwa usulan kenaikan tarif royalti untuk komoditas nikel ini perlu dievaluasi secara seksama.

“Setiap perubahan kebijakan fiskal, terutama kenaikan royalti, idealnya mempertimbangkan dinamika pasar yang sedang mengalami penurunan harga. Tujuannya adalah agar tidak semakin memberatkan para pelaku industri, khususnya dalam upaya berkelanjutan untuk mengembangkan hilirisasi nikel nasional,” kata Alexander dalam keterangan resminya, Jumat (11/4/2025).

Pungutan Royalti Nikel hingga Emas Naik Mulai Pekan Kedua April

Pungutan Royalti Nikel hingga Emas Naik Mulai Pekan Kedua April

1. Kenaikan tarif royalti nikel dinilai kurang tepat momentumnya

Alexander berpendapat bahwa waktu pelaksanaan kenaikan tarif royalti ini kurang tepat, mengingat harga nikel saat ini sedang mengalami penurunan signifikan. Kondisi ini diperparah oleh tekanan geopolitik global dan persaingan dagang yang intens antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Baca Juga :  IHSG Naik 0,14% ke 6.623 di Sesi I Jumat (14/2), ARTO, TLKM, ANTM Top Gainers LQ45

Pada saat yang sama, industri nikel juga menghadapi tantangan berupa peningkatan biaya produksi yang berasal dari kebijakan dalam negeri, seperti kenaikan Upah Minimum Regional (UMR), implementasi program B40, aturan retensi Devisa Hasil Ekspor (DHE), dan penerapan pajak minimum global atau Global Minimum Tax (GMT) yang akan dimulai pada tahun 2025.

2. Harga nikel global mengalami penurunan sebesar 16 persen

Data dari FINI menunjukkan bahwa harga nikel di pasar global telah mengalami penurunan yang cukup tajam, mencapai 16 persen hanya dalam kurun waktu satu bulan.

Bahkan, jika dilihat dalam periode 6 bulan terakhir, penurunan harga nikel global mencapai angka 23 persen, menyentuh level terendah sejak tahun 2020, yaitu 13.800 dolar Amerika Serikat (AS) per ton.

Ini Sederet Alasan FINI Tolak Kenaikan Royalti atas Nikel

Ini Sederet Alasan FINI Tolak Kenaikan Royalti atas Nikel

3. Kenaikan royalti dianggap tidak selaras dengan tujuan swasembada energi dan peningkatan industrialisasi

Baca Juga :  Danantara Diresmikan Prabowo Besok (24/2), Begini Kata Pengamat Pasar Modal

FINI berpendapat bahwa kebijakan kenaikan tarif ini bertentangan dengan visi yang diusung oleh Presiden terpilih, Prabowo Subianto. FINI menyoroti pernyataan Prabowo dalam acara Sarasehan Ekonomi 2025 yang diadakan pada tanggal 8 April, yang menekankan pentingnya kemandirian ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.

Strategi untuk mencapai kemandirian tersebut meliputi pembangunan nasional yang berfokus pada swasembada pangan, energi, air, serta peningkatan industrialisasi.

FINI mendesak agar penyesuaian kebijakan fiskal, seperti tarif royalti, mempertimbangkan kondisi pasar terkini agar tidak memberikan beban tambahan kepada pelaku industri. Tujuannya adalah untuk menjaga keberlanjutan program hilirisasi nikel nasional.

“Kami berkomitmen untuk mendukung visi Presiden Prabowo dalam memperkuat industrialisasi dan kemandirian ekonomi Indonesia. Kami juga mengajak pemerintah untuk memprioritaskan kebijakan yang adaptif dan mendukung keberlanjutan industri-industri strategis di Indonesia,” tegas Alexander.

Hilirisasi Nikel Perlu Transformasi untuk Ciptakan Green Jobs

Hilirisasi Nikel Perlu Transformasi untuk Ciptakan Green Jobs

Berita Terkait

IHSG Berpotensi Turun: Strategi Investor Lokal Jadi Penentu?
Liburan Seru Tanpa Bikin Kantong Jebol: Tips Jitu Perjalanan Hemat!
IPO 2025: Investor Waspada Gejolak Perang Dagang, Tantangan Semakin Berat!
Bank BJB Bagikan Dividen Jumbo Rp 85 Per Saham: Cek Jadwalnya!
Rupiah Terkini: Sentuh Rp 16.837, Melemah Dipicu Penguatan Dolar AS
Ruslan Tanoko: Kisah Crazy Rich Surabaya Borong Saham AVIA
Kabar Gembira! KDTN Bagi Dividen Jumbo 60% dari Laba 2024
Bank DKI Berencana IPO Tahun Ini: Target Dana Rp 4 Triliun?

Berita Terkait

Rabu, 16 April 2025 - 20:15 WIB

IHSG Berpotensi Turun: Strategi Investor Lokal Jadi Penentu?

Rabu, 16 April 2025 - 19:03 WIB

Liburan Seru Tanpa Bikin Kantong Jebol: Tips Jitu Perjalanan Hemat!

Rabu, 16 April 2025 - 18:59 WIB

IPO 2025: Investor Waspada Gejolak Perang Dagang, Tantangan Semakin Berat!

Rabu, 16 April 2025 - 18:11 WIB

Bank BJB Bagikan Dividen Jumbo Rp 85 Per Saham: Cek Jadwalnya!

Rabu, 16 April 2025 - 17:43 WIB

Rupiah Terkini: Sentuh Rp 16.837, Melemah Dipicu Penguatan Dolar AS

Berita Terbaru