Ragamutama.com, JAKARTA — Para pengambil kebijakan di bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), memberikan indikasi kuat untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuannya. Langkah ini diambil guna meminimalisir potensi lonjakan inflasi yang mungkin timbul akibat kebijakan tarif resiprokal yang digagas oleh Presiden Donald Trump.
Seperti yang dilaporkan oleh Bloomberg, Kamis (10/4/2025), serangkaian komentar dan wawancara publik yang disampaikan oleh sejumlah pejabat The Fed mengisyaratkan bahwa mereka cenderung mengesampingkan opsi pemangkasan suku bunga, meskipun hal ini berpotensi memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.
Para pengambil keputusan kebijakan fiskal tersebut menunjukkan komitmen yang kuat untuk menjaga stabilitas inflasi dan memastikan ekspektasi masyarakat Amerika terhadap pengendalian harga tetap terjaga.
: Menjelajahi Arah Kebijakan Suku Bunga The Fed di Tengah Pusaran Risiko Tarif Trump
“Potensi kenaikan inflasi dalam jangka pendek yang disebabkan oleh tarif menjadi penghalang untuk melakukan pemangkasan suku bunga,” demikian pernyataan Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari, dalam esai yang dipublikasikan pada Rabu pagi.
Menurut Kashkari, kebijakan tarif yang diterapkan oleh pemerintahan Trump telah meningkatkan hambatan untuk melakukan perubahan suku bunga ke arah manapun.
: : The Fed Berhati-hati dalam Memangkas Suku Bunga di Tengah Bayang-Bayang Tarif Trump
Sementara itu, Ketua The Fed, Jerome Powell, menyampaikan pada hari Jumat bahwa bank sentral tidak merasa perlu untuk tergesa-gesa dalam mengambil tindakan kebijakan apa pun. Hal ini didasarkan pada penilaian bahwa dampak dari kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh Presiden Trump dapat berubah dengan cepat.
Sebagai informasi, Presiden Trump pada hari Rabu waktu setempat menunda rencana untuk mengenakan tarif resiprokal kepada sejumlah mitra dagang Amerika Serikat, setelah terjadi gejolak di pasar keuangan.
: : Notulen The Fed Mengungkapkan Risiko Ganda: Inflasi Tetap Menghantui, Pertumbuhan Ekonomi Melambat
Dalam wawancara dengan Bloomberg pada Rabu sore, Presiden The Fed Bank of Cleveland, Beth Hammack, juga menegaskan komitmennya untuk bersikap sabar.
“Saya lebih memilih untuk menunggu dan bergerak ke arah yang benar daripada terburu-buru menuju arah yang keliru,” tegas Hammack.
Di sisi lain, Presiden The Fed St. Louis, Alberto Musalem, dan Gubernur The Fed, Adriana Kugler, menekankan pentingnya fokus pada pengendalian inflasi. Bersamaan dengan itu, para pejabat tersebut menyatakan bahwa mereka akan terus memantau kondisi pasar tenaga kerja, yang mereka pandang berada dalam posisi yang kuat.
Data terbaru yang dirilis pada Kamis (10/4/2205) menunjukkan bahwa harga konsumen di AS secara tak terduga mengalami perlambatan pada bulan sebelumnya. Tingkat inflasi inti turun menjadi 2,8% pada bulan Maret, menurut data dari Biro Statistik Tenaga Kerja.
Meskipun demikian, banyak analis yang tetap memperkirakan bahwa kenaikan tarif oleh pemerintah berpotensi memicu lonjakan inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
“Dia jelas tidak ingin memasang jaring pengaman di tengah resesi yang sebenarnya belum terjadi,” ungkap Derek Tang, seorang ekonom di LH Meyer/Monetary Policy Analytics.