Ragamutama.com JAKARTA. Dua entitas ritel terkemuka yang menjadi bagian dari indeks LQ45, yakni PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA), baru-baru ini telah mempublikasikan laporan kinerja keuangan mereka untuk periode tahun buku 2024.
Kedua perusahaan ini menunjukkan tren positif dalam hal peningkatan pendapatan sepanjang tahun yang lalu. Akan tetapi, jika ditilik dari sisi perolehan laba bersih, keduanya justru harus menerima kenyataan adanya penurunan.
Sebagai perusahaan induk, MAPI berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 1,76 triliun pada tahun 2024. Perolehan laba ini menunjukkan penurunan sebesar 6,65% jika dibandingkan dengan posisi pada periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai Rp 1,89 triliun. Namun demikian, pendapatan bersih MAPI pada tahun 2024 tercatat sebesar Rp 37,83 triliun, mengalami kenaikan signifikan sebesar 13,55% dari periode tahun 2023 yang berada di angka Rp 33,31 triliun.
Sementara itu, MAPA mencatatkan laba bersih di tahun 2024 senilai Rp 1,35 triliun. Angka ini menunjukkan penurunan tipis sebesar 2,48% dibandingkan dengan perolehan di tahun 2023 yang mencapai Rp 1,38 triliun. Dari sisi pendapatan, MAPA berhasil mencetak angka Rp 17,18 triliun di tahun 2024, melonjak 26,74% dari periode tahun 2023 yang sebesar Rp 13,55 triliun.
Direksi MAP Aktif Adiperkasa (MAPA) Tambah 900.000 Saham, Ini Tujuannya
VP Investor Relations, Corporate Communications & Sustainability MAP, Ratih D. Gianda, menyampaikan bahwa tahun 2024 merupakan periode yang penuh kemajuan bagi MAP Grup. Perusahaan tetap berpegang teguh pada strategi inti, meskipun menghadapi sejumlah tantangan eksternal, termasuk penundaan peluncuran iPhone 16.
Lebih lanjut, Ratih menjelaskan bahwa MAP Grup terus berupaya melanjutkan ekspansi secara terukur, mempererat kemitraan dengan berbagai merek ternama, serta meningkatkan kualitas pengalaman pelanggan melalui pemanfaatan data analitik. Selain itu, perusahaan juga berfokus pada efisiensi operasional dan pengelolaan biaya untuk membangun fondasi pertumbuhan yang kokoh dalam jangka panjang.
“Perusahaan akan terus memprioritaskan penciptaan pertumbuhan yang berkelanjutan dan berinovasi dalam portofolio ritel kami yang beragam,” ujar Ratih dalam keterbukaan informasi yang disampaikan pada hari Rabu (26/3) lalu.
Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany, menjelaskan bahwa meskipun pendapatan kedua perusahaan tersebut menunjukkan pertumbuhan yang solid sepanjang tahun 2024, tekanan pada laba bersih menjadi sebuah realitas yang tak terhindarkan.
Indri mencatat, MAPA berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 26,7% secara tahunan (YoY). Akan tetapi, lonjakan beban pokok penjualan yang mencapai 33,05% YoY justru menjadi sebuah tantangan tersendiri. Peningkatan beban ini tidak sebanding dengan pertumbuhan pendapatan yang berhasil diraih.
Hal serupa juga dialami oleh perusahaan induknya, MAPI. Beban pokok penjualan yang tinggi mengakibatkan laba kotor perusahaan tidak mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kondisi inilah yang pada akhirnya menekan pencapaian laba bersih atau bottom line kedua perusahaan tersebut.
Tertekan Daya Beli
Selain itu, Indri juga menjelaskan bahwa saat ini daya beli masyarakat masih menunjukkan tren pelemahan, yang tercermin dari tingkat keyakinan konsumen yang terus mengalami penurunan secara konsisten sejak akhir tahun 2024.
“Tidak hanya itu, MAPA dan MAPI juga masih merasakan dampak dari aksi boikot yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, yang pada akhirnya berpotensi memengaruhi kinerja MAPA dan MAPI,” ungkap Indri kepada Kontan pada hari Rabu (9/4) lalu.
Bagi para investor, Indri merekomendasikan untuk menerapkan strategi wait and see terhadap kedua saham tersebut, mengingat adanya ketidakpastian global. Kondisi pasar modal Indonesia saat ini masih sangat dipengaruhi oleh isu negatif terkait perang tarif dagang yang dilakukan oleh Amerika Serikat.
Simak Rekomendasi Teknikal Mirae Sekuritas Saham MAPI, AKRA, ICBP, INDY, Rabu (9/3)