The Fed Tahan Suku Bunga: Ancaman Tarif Trump Jadi Pertimbangan Utama

Avatar photo

- Penulis

Kamis, 10 April 2025 - 11:03 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com JAKARTA — Presiden Federal Reserve Bank of Minneapolis, Neel Kashkari, menyatakan bahwa bank sentral cenderung menahan diri dari pemangkasan suku bunga apabila menghadapi tekanan inflasi akibat kebijakan tarif, bahkan jika terjadi perlambatan ekonomi.

Dalam sebuah analisis yang dipublikasikan di situs resmi The Fed Minneapolis, Kashkari menjelaskan bahwa tantangan untuk mengubah Federal Fund Rate (FFR) semakin kompleks seiring dengan implementasi tarif oleh pemerintahan Donald Trump.

“Mengingat krusialnya menjaga ekspektasi inflasi jangka panjang serta potensi dampak inflasi jangka pendek dari tarif, ambang batas untuk menurunkan suku bunga, bahkan di tengah melemahnya ekonomi dan potensi peningkatan angka pengangguran, menjadi lebih tinggi,” paparnya, seperti dikutip dari Bloomberg pada Kamis (10/5/2025).

: Risalah The Fed Soroti Risiko Ganda: Inflasi Masih Menghantui, Pertumbuhan Melambat

Kashkari kembali menekankan dalam wawancara dengan CBS News pada Rabu (9/4/2025) malam, bahwa ada batasan yang lebih ketat untuk penurunan suku bunga, terutama setelah Presiden Donald Trump mengumumkan penangguhan selama 90 hari untuk tarif tambahan yang akan berdampak pada banyak mitra dagang AS. Pungutan terhadap produk China ditingkatkan menjadi 125%.

Dia menggambarkan bahwa tarif yang diberlakukan jauh lebih tinggi dan memiliki cakupan lebih luas dari perkiraan sebelumnya. Ia juga memprediksi bahwa pungutan tersebut akan menurunkan investasi dan pertumbuhan ekonomi, serta mendorong inflasi, setidaknya dalam jangka pendek.

Baca Juga :  Pasar Modal Bergejolak: Kepercayaan Investor ke Pemerintah Terguncang?

: Arah Suku Bunga The Fed di Tengah Kebijakan Tarif Trump dan Bayang-Bayang Resesi Global

Pengumuman Trump menandai perubahan signifikan, menurut Kashkari. Ia menuturkan bahwa hal ini berpotensi mengurangi dampak inflasi yang disebabkan oleh tarif. Peningkatan ketidakpastian akan menghambat proses bisnis, baik dari sisi investasi maupun penyerapan tenaga kerja, yang pada gilirannya dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi.

“Saya berpendapat bahwa analisis tentang dampak tarif terhadap inflasi mungkin perlu direvisi sedikit jika penangguhan ini berlanjut,” kata Kashkari di CBS News. “Ketidakpastian adalah faktor yang dapat memicu penurunan ekonomi. Jadi, ketidakpastian itu sendiri tidak serta merta menciptakan inflasi, tetapi dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.”

: Pasar Prediksi The Fed Gencar Pangkas Bunga, Imbas Kekhawatiran akan Resesi Global

Dalam analisisnya, Kashkari menyinggung ukuran ekspektasi inflasi jangka pendek yang mulai meningkat, serta pengalaman bertahun-tahun negara tersebut dengan inflasi tinggi, sebagai alasan mengapa The Fed mungkin tidak dapat sepenuhnya mengabaikan dampak harga yang disebabkan oleh tarif.

“Mengingat tingginya inflasi yang telah kita alami dalam beberapa tahun terakhir dan risiko tidak tercapainya ekspektasi inflasi jangka panjang, saya meyakini bahwa prioritas utama kita adalah menjaga ekspektasi inflasi jangka panjang,” tulisnya.

Para pembuat kebijakan telah mempertahankan suku bunga stabil sepanjang tahun ini dan mengisyaratkan bahwa mereka tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut setelah memberikan penurunan sebesar persentase poin penuh dalam beberapa bulan terakhir tahun 2024.

Baca Juga :  Sentimen Positif: Pasar Saham Asia Menguat Setelah Jeda Tarif Trump

Mereka menyatakan bahwa The Fed berada dalam posisi yang tepat untuk mengevaluasi bagaimana kebijakan baru—termasuk tarif—berdampak pada kinerja perekonomian.

Prospek yang Diperbarui

Setelah pengumuman tarif pada 2 April, banyak ekonom menaikkan ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada akhir tahun ini sebagai upaya untuk menopang perekonomian.

Beberapa di antaranya bahkan memperkirakan kemungkinan terjadinya resesi di AS. Namun, pandangan tersebut kemudian direvisi setelah pengumuman Trump pada hari Rabu.

Kashkari mencatat dalam analisisnya bahwa suku bunga netral, yaitu tingkat suku bunga di mana kebijakan moneter tidak merangsang maupun menghambat perekonomian, berpotensi turun dalam jangka pendek karena tarif meningkatkan harga barang-barang impor bagi perusahaan dan ketidakpastian ekonomi yang meningkat mengurangi minat bisnis untuk berinvestasi.

Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan moneter akan secara efektif mengetat, bahkan jika The Fed tidak menurunkan suku bunga, tulis Kashkari, “sehingga mengurangi kebutuhan mendesak untuk menaikkan suku bunga FFR guna menjaga ekspektasi inflasi jangka panjang.”

Kepala Fed Minneapolis tersebut menambahkan dalam analisisnya bahwa “resolusi cepat atas ketidakpastian kebijakan perdagangan” dapat mengubah perspektifnya.

Berita Terkait

KAI Logistik Catat Peningkatan Volume Angkutan Barang Lebaran 2025: 2.500 Ton!
IPO 2024: 13 Emiten Raup Rp6,93 Triliun, Ini Dia Juara Pendanaannya!
Volatilitas Pasar Tinggi? Saham EXCL Jadi Pilihan Aman, Ini Analisisnya
IHSG Melemah: Analis Ungkap Penyebab dan Strategi Investor Hadapi Guncangan
Harga Emas Antam Naik Jadi Rp 1.955.000 Hari Ini, Panduan Lengkap Menabung Emas di Pegadaian
Jadwal Lengkap Pembagian Dividen Brigit Biofarmaka
IHSG Melemah 0,13% di Sesi Pertama Rabu
Laba Bersih Sinar Terang Mandiri

Berita Terkait

Rabu, 16 April 2025 - 15:23 WIB

KAI Logistik Catat Peningkatan Volume Angkutan Barang Lebaran 2025: 2.500 Ton!

Rabu, 16 April 2025 - 15:11 WIB

IPO 2024: 13 Emiten Raup Rp6,93 Triliun, Ini Dia Juara Pendanaannya!

Rabu, 16 April 2025 - 15:07 WIB

Volatilitas Pasar Tinggi? Saham EXCL Jadi Pilihan Aman, Ini Analisisnya

Rabu, 16 April 2025 - 14:15 WIB

IHSG Melemah: Analis Ungkap Penyebab dan Strategi Investor Hadapi Guncangan

Rabu, 16 April 2025 - 13:47 WIB

Harga Emas Antam Naik Jadi Rp 1.955.000 Hari Ini, Panduan Lengkap Menabung Emas di Pegadaian

Berita Terbaru