Rupiah Menguat Tipis: Sentuh Rp 16.873 per Dolar AS pada 9 April

- Penulis

Rabu, 9 April 2025 - 15:51 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com  JAKARTA. Pada perdagangan hari Rabu (9/4), nilai tukar rupiah menunjukkan performa yang menggembirakan terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan ini didorong oleh sentimen negatif yang sedang melanda greenback di kancah perdagangan global.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Bloomberg, posisi rupiah di pasar spot berakhir pada level Rp 16.873 per dolar AS. Angka ini mencerminkan penguatan sebesar 0,11% jika dibandingkan dengan posisi penutupan sebelumnya yang berada di Rp 16.891 per dolar AS.

Kenaikan nilai rupiah ini terjadi bersamaan dengan melemahnya secara signifikan mata uang dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia.

Pelemahan Rupiah Jadi Momentum Penguatan Reasuransi Lokal

Tekanan terhadap dolar dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap implikasi kebijakan tarif tinggi yang diterapkan AS terhadap produk-produk asal China, yang kemudian memicu aksi jual massal di berbagai bursa keuangan.

Ketegangan semakin terasa setelah pemerintah AS secara resmi mengumumkan pemberlakuan tarif baru sebesar 104% terhadap barang-barang impor dari China, efektif mulai hari Rabu pukul 12:01 waktu setempat (0401 GMT). Presiden Donald Trump seolah tidak menunjukkan indikasi untuk menarik kembali kebijakan tersebut.

Sentimen di pasar langsung bereaksi negatif. Indeks saham utama di AS mengalami penurunan yang cukup besar, sementara imbal hasil (yield) obligasi mengalami lonjakan akibat aksi jual yang masif. Investor global dilaporkan mulai menjauhi aset-aset yang berbasis dolar.

Baca Juga :  PLN Pastikan Listrik Aman dan Tercukupi Selama Idul Fitri: Pasokan 19.497 MW

“Pasar saat ini dilanda kekhawatiran bahwa tidak adanya alternatif pengganti yang langsung untuk produk-produk China justru akan meningkatkan risiko inflasi dan potensi resesi di AS,” ungkap Francesco Pesole, seorang analis valuta asing di ING, seperti yang dikutip dari Reuters.

Ia menambahkan bahwa skenario “jual Amerika” mulai tampak kembali menghantui pasar.

Jelang Penutupan, Rupiah Menjauh dari Level Rp 17.000 Per Dolar AS

Sebagai akibatnya, dolar mengalami pelemahan sebesar 0,8% terhadap mata uang yen Jepang, mencapai level 145,09, dan juga melemah sebesar 0,4% terhadap franc Swiss, menyentuh titik terendah dalam enam bulan terakhir di angka 0,8379.

Di sisi lain, mata uang euro mengalami penguatan sebesar 0,8% menjadi US$1,1044, didorong oleh kabar positif dari Jerman mengenai kesepakatan pembentukan pemerintahan baru antara partai konservatif dan Sosial Demokrat.

Pasar obligasi AS juga tidak luput dari tekanan. “Obligasi dengan tenor 30 tahun mengalami aksi jual yang sangat besar. Akibatnya, imbal hasil melonjak tajam, dan swap spread mencetak rekor baru di atas 96 basis poin,” jelas Hauke Siemssen, seorang analis suku bunga dari Commerzbank.

Baca Juga :  Promo Tiket Pesawat Singapore Airlines BCA Travel Fair, Jakarta-Singapura PP Rp 2,7 Juta

Spread OIS Treasury 10 tahun bahkan menyentuh angka -100,3 basis poin, yang mengindikasikan adanya tekanan likuiditas yang cukup signifikan.

Di pasar yuan offshore, dolar juga mengalami pelemahan sebesar 0,6% menjadi 7,38 yuan, setelah sebelumnya mencatatkan rekor tertinggi di level 7,4288.

Para pelaku pasar kini dengan cermat menantikan respons dari bank sentral China terkait penetapan kurs harian, yang berpotensi menjadi sinyal pelonggaran kebijakan lebih lanjut.

Pelemahan Rupiah Picu Risiko Kurs, Asuransi Umum Harus Perkuat Retensi dan Modal

“Tekanan yang dialami oleh renminbi mengindikasikan adanya spekulasi di pasar bahwa China mungkin akan melakukan devaluasi yang lebih besar sebagai respons terhadap eskalasi perang dagang dengan AS,” ungkap Lee Hardman, seorang analis senior di MUFG.

Di tengah ketidakpastian global yang meningkat dan tensi perdagangan yang semakin memanas, para investor global kini kembali mengalihkan perhatian mereka ke aset-aset yang dianggap aman (safe haven), dan mulai menjauhi aset-aset yang berisiko – termasuk di antaranya adalah dolar AS.

Berita Terkait

Hadapi Resesi: 4 Strategi Jitu Investor Lindungi Aset
Lindung Nilai: Panduan Lengkap Pengertian, Strategi, Risiko, dan Penerapan Efektif
IHSG Menguat: Peluang Investasi Setelah Kenaikan Poin Signifikan?
Mulai Oktober: AS Tarik Biaya Pelabuhan Baru untuk Kapal China
Otorita IKN Luruskan Heboh Tulisan Lorem Ipsum di Tugu Nol IKN
Emas Batangan Laris Manis: Tips Investasi Aman dari Perencana Keuangan
Chandra Asri Suntik Modal Anak Usaha, Sinyal IPO Chandra Daya Investasi Menguat?
IMF Optimis: Ekonomi Global Kuat, Resesi Terhindar Meski Ada Tarif AS

Berita Terkait

Sabtu, 19 April 2025 - 06:39 WIB

Hadapi Resesi: 4 Strategi Jitu Investor Lindungi Aset

Sabtu, 19 April 2025 - 05:35 WIB

Lindung Nilai: Panduan Lengkap Pengertian, Strategi, Risiko, dan Penerapan Efektif

Sabtu, 19 April 2025 - 02:59 WIB

IHSG Menguat: Peluang Investasi Setelah Kenaikan Poin Signifikan?

Jumat, 18 April 2025 - 22:55 WIB

Mulai Oktober: AS Tarik Biaya Pelabuhan Baru untuk Kapal China

Jumat, 18 April 2025 - 22:39 WIB

Otorita IKN Luruskan Heboh Tulisan Lorem Ipsum di Tugu Nol IKN

Berita Terbaru

society-culture-and-history

Oriental Circus Indonesia: Bukan Bagian dari Taman Safari!

Sabtu, 19 Apr 2025 - 06:56 WIB

finance

Hadapi Resesi: 4 Strategi Jitu Investor Lindungi Aset

Sabtu, 19 Apr 2025 - 06:39 WIB

society-culture-and-history

Terungkap! Kisah Sukses di Balik Legenda Minyak Kayu Putih Cap Lang

Sabtu, 19 Apr 2025 - 06:35 WIB