Ragamutama.com JAKARTA. Kendati sempat mengalami pemulihan, volatilitas tinggi tampaknya masih menjadi tantangan bagi saham-saham big banks. Reli yang terjadi pada saham-saham perbankan ini belum sepenuhnya melepaskan mereka dari tren koreksi yang berlangsung sejak awal tahun.
Namun demikian, riset terbaru dari Indo Premier Sekuritas tertanggal 7 April 2025, mengindikasikan pandangan prospektif terhadap saham-saham big banks. Walaupun diakui adanya tekanan jangka pendek, hal ini lebih banyak dipengaruhi oleh narasi seputar perang dagang global yang sedang berlangsung.
Analis Indo Premier, Jovent Muliadi dan Anthony, dalam riset tersebut menyoroti adanya sentimen positif yang berasal dari berbagai faktor, mulai dari penunjukan jajaran direksi baru, potensi rasio dividen yang menarik, hingga kinerja yang menjanjikan selama dua bulan terakhir.
Berkaitan dengan komposisi direksi baru, mereka berpendapat bahwa tidak terjadi perubahan signifikan. Hal ini meredakan kekhawatiran sebelumnya bahwa posisi-posisi kunci akan diisi oleh tokoh-tokoh politik atau militer.
Big Banks Ditutup Koreksi Pasca Libur Lebaran, Bank Mandiri (BMRI) Turun Paling Dalam
Salah satu poin yang ditekankan adalah penunjukan Hery Gunardi sebagai Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), menggantikan Sunarso. Indo Premier menilai bahwa Hery memiliki rekam jejak yang kuat dan berhasil dalam membalikkan kinerja PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).
Selain itu, mereka juga mengamati bahwa tiga bank BUMN, yaitu BBRI, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), berpotensi membagikan dividen jumbo yang berasal dari laba tahun buku 2024.
“Pembagian dividen yang agresif ini mengindikasikan kekuatan finansial bank-bank BUMN dan pada saat yang sama mengurangi risiko adanya aksi ‘kitchen sinking’ yang mungkin dilakukan oleh manajemen baru,” tulis analis Indo Premier dalam laporan yang diterbitkan pada 7 April 2025.
Kinerja keuangan selama periode Januari–Februari 2025 (2M25) juga menunjukkan adanya perbaikan, meskipun laba gabungan dari empat bank besar tersebut relatif stagnan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year).
BRI sempat mengalami penurunan laba sebesar 18% (YoY) di awal tahun, namun berhasil membukukan lonjakan laba hingga 129% secara bulanan pada bulan Februari 2025, berkat penurunan alokasi provisi dan peningkatan margin operasional.
Kinerja Big Banks Tak Sesuai Ekspektasi, Cermati Prospek Sahamnya
BMRI mencatat pertumbuhan pinjaman tertinggi sebesar 19% YoY, diikuti oleh BBCA sebesar 14%, BBNI sebesar 10%, dan BBRI sebesar 5%. Dari sisi simpanan, BMRI juga unggul dengan mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 17% YoY.
Meskipun demikian, mereka mengakui bahwa sentimen jangka pendek seperti pelemahan nilai tukar rupiah dan ketegangan geopolitik masih dapat memberikan tekanan pada harga saham bank. Kendati demikian, Indo Premier tetap mempertahankan rekomendasi “overweight” untuk sektor perbankan, dengan BMRI dan BBRI sebagai pilihan saham utama.
“Saat ini, valuasi bank-bank besar diperdagangkan pada 2,1 kali harga terhadap nilai buku (P/BV) dan 11,9 kali laba bersih (P/E), yang masih berada di bawah rata-rata historis. Hal ini membuka peluang bagi investor dengan horizon investasi jangka menengah,” demikian kesimpulan dari laporan tersebut.