“Bu, aus banget…”
Si kecil merengek, memohon ibunya segera membelikannya minuman dingin yang menyegarkan. Tanpa menunggu, ia mencoba menyelinap maju ke depan kasir, melewati beberapa pengunjung yang juga sedang mengantre.
“Hei, sabar dulu, Nak! Antre di sini sama Ibu,” tegur ibunya, sambil menarik anaknya kembali ke sampingnya.
Adegan di sebuah *food court* yang ramai di kawasan taman wisata itu menjadi gambaran nyata, betapa berlibur di musim Lebaran memang membutuhkan kesabaran ekstra.
Kamis pagi, 3 April 2025, keluarga kecil kami tertegun melihat padatnya kendaraan yang memenuhi area parkir Ibarbo Park, Sleman, Yogyakarta. Padahal, saat itu baru pukul 9 pagi, tepat jam buka, namun pengunjung dari berbagai daerah sudah berdatangan.
Namun, kunjungan kami memang hanya singgah sejenak sebagai bagian dari agenda mudik, sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke Jakarta dengan kereta api malam harinya. Selain itu, kami juga ingin memenuhi rasa penasaran si kecil yang terpesona dengan video viral taman bermain ini.
Seiring berjalannya waktu, semakin siang, semakin membeludak pula jumlah pengunjung yang tiba. Kebanyakan datang bersama keluarga, bahkan ada rombongan besar yang menggunakan bus.
Dalam kondisi seperti itu, sulit rasanya berharap bisa menikmati rekreasi dengan santai. Bayangkan saja, mulai dari mengantre tiket masuk, mengantre membeli makanan dan minuman, antre menggunakan toilet, hingga mengantre di setiap wahana, semuanya membutuhkan waktu yang lumayan lama.
Kami hanya sempat menikmati satu wahana setelah menunggu antrean selama satu jam. Akhirnya, kami memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut setelah mencoba dua wahana saja.
Pemandangan serupa tentu saja bisa ditemukan di berbagai destinasi wisata lainnya. Mulai dari pantai, kebun binatang, taman bermain, hingga candi dan tempat-tempat menarik lainnya.
Kuncinya adalah kesabaran dan kewaspadaan di tengah keramaian. Terutama bagi orang tua yang membawa anak kecil, penting untuk menanamkan nilai kesabaran dan budaya antre.
Orang tua harus menjadi contoh yang baik dengan menghormati orang lain yang sedang mengantre, tidak menyerobot atau memotong antrean. Selain itu, orang tua juga harus mampu menenangkan anak agar tidak rewel saat mengantre untuk mencoba wahana permainan yang mereka inginkan.
Lautan manusia di setiap objek wisata juga mengharuskan orang tua untuk lebih waspada dalam menjaga anak-anak mereka di tengah keramaian. Kasus anak hilang karena terpisah dari orang tua akibat kelalaian sering terjadi di tempat-tempat wisata yang dipadati pengunjung.
Penting untuk diingat bahwa tujuan utama orang tua membawa anak-anak ke tempat wisata adalah untuk membahagiakan mereka, bukan malah sibuk sendiri dan mengabaikan tanggung jawab sebagai orang tua. Sungguh ironis jika hanya karena terlalu asyik *selfie*, anak justru hilang di tengah kerumunan orang.
Memang, musim libur Lebaran seperti ini menghadirkan tantangan tersendiri jika destinasi yang dituju adalah tempat wisata yang populer, apalagi jika sedang viral. Tidak hanya membutuhkan biaya, orang tua juga harus siap menghadapi segala kemungkinan, termasuk kekecewaan karena pengalaman berwisata mungkin tidak akan semaksimal yang diharapkan.
Bagi mereka yang tidak berlibur dan tidak mengunjungi tempat-tempat ramai, sebaiknya hindari menghakimi atau mencibir dengan komentar seperti “mending rebahan di rumah saja.”
Mohon dijaga empatinya. Maklumlah, libur Lebaran adalah momen ketika sebagian besar anggota keluarga bisa berkumpul dan berwisata bersama. Di luar momen libur Lebaran, belum tentu semua orang memiliki kesempatan untuk meluangkan waktu bersama karena kesibukan sekolah, pekerjaan, dan lain sebagainya.
Lebih dari itu, banyak orang tua yang rela membawa anak-anak mereka ke tempat-tempat ramai saat libur Lebaran karena ingin memberikan pengalaman yang berbeda dan berharga bagi anak-anak mereka.
Mungkin bagi sebagian orang, pengalaman memberi makan domba atau kelinci di taman bermain bukanlah hal yang istimewa, tetapi bagi anak-anak kecil yang memiliki rasa ingin tahu yang besar, pengalaman ini tentu akan menjadi momen berharga dan tak terlupakan. Selain itu, ada juga aspek edukasi yang bermanfaat bagi perkembangan anak.
Pengalaman berwisata, meskipun kurang menyenangkan sekalipun, tidak akan terasa seberharga jika hanya dilihat melalui layar ponsel. Oleh karena itu, patut disyukuri orang-orang yang masih memiliki semangat dan rela berada di tengah keramaian wisata. Setidaknya, pengalaman mereka jauh lebih kaya daripada mereka yang hanya rebahan sambil berkomentar “mending begini, mending begitu”.
