Ramadan-Lebaran: Dampaknya ke Ekonomi RI Lebih Lemas dari Prediksi Pemerintah

- Penulis

Senin, 31 Maret 2025 - 08:15 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta, RAGAMUTAMA.COM – Periode Ramadan dan Lebaran biasanya memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Namun, pada kuartal I-2025, kontribusi konsumsi selama periode ini diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Antusiasme masyarakat yang biasanya tinggi menjelang dan selama Ramadan serta Lebaran, tampak menurun. Sejumlah faktor domestik menyebabkan masyarakat lebih menahan pengeluaran, cenderung menabung, dan mengurangi daya beli. Akibatnya, perputaran uang selama periode ini tidak seramai tahun-tahun sebelumnya.

1. Pemudik turun, perputaran uang ikut susut

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memperkirakan perputaran uang selama libur Lebaran 2025 mencapai Rp137 triliun. Angka ini turun sekitar Rp20 triliun dibandingkan tahun sebelumnya (Rp157,3 triliun).

Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya jumlah pemudik. Hanya sekitar 146,48 juta orang yang mudik, sekitar 52 persen dari total penduduk Indonesia. Jumlah ini menunjukkan penurunan 24 persen dibandingkan tahun lalu (193,6 juta orang).

“Jika tahun lalu asumsi perputaran uang selama Idul Fitri 2024 mencapai Rp157,3 triliun, maka asumsi perputaran uang libur Idul Fitri 2025 diprediksi mencapai Rp137,975 triliun,” jelas Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, Sarman Simanjorang, dalam keterangan tertulis pada Rabu (19/3/2025).

Menkeu Sri Mulyani Tegaskan Kondisi Ekonomi Indonesia Bagus

Menkeu Sri Mulyani Tegaskan Kondisi Ekonomi Indonesia Bagus

2. Maraknya PHK picu lesunya daya beli

Beberapa faktor menyebabkan penurunan perputaran uang. Jarak antara libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) dengan Idul Fitri, serta kondisi ekonomi saat ini, termasuk maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK), membuat masyarakat lebih berhemat.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan konsumsi rumah tangga masih menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi. Pada kuartal IV 2024, konsumsi rumah tangga berkontribusi 54,04 persen dan tumbuh 4,94 persen secara kumulatif. Konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) merupakan faktor kedua terbesar.

“Mengingat beberapa bulan ke depan memasuki tahun ajaran baru yang membutuhkan biaya sekolah, masyarakat cenderung lebih berhemat (saving),” tambahnya.

Baca Juga :  Ini 10 Bandara Tersibuk di Asia Tenggara pada Februari 2025

Faktor ketiga adalah maraknya PHK. Data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat 3.325 pekerja kehilangan pekerjaan pada Januari 2025 akibat efisiensi perusahaan dan penutupan pabrik. Angka ini belum termasuk PHK massal sepanjang Januari hingga Maret 2025.

3. Ada pola belanja yang berubah di masyarakat

BSI Institute memproyeksikan perputaran uang selama Ramadan tahun ini mencapai Rp1.024,97 triliun. Meskipun masih tinggi, riset BSI Institute menemukan potensi penurunan belanja pasca-Lebaran.

“Setelah hari besar ini berakhir, terjadi perubahan perilaku konsumen, di mana mereka mengurangi pengeluaran,” ungkap Priyesta Rizkiningsih, Senior Resident Researcher BSI Institute, dalam laporan BSI Institute Quarterly, Minggu (30/3).

Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan total uang kartal yang beredar pada Maret 2024 mencapai Rp954,0 triliun, naik 12 persen dari bulan sebelumnya, salah satunya dipengaruhi momen Ramadan.

Total uang beredar pada Maret 2024 mencapai Rp8.884 triliun, naik dari Rp8.293,6 triliun pada Maret 2023. Pada April 2024 (Idul Fitri), total uang beredar mencapai Rp8.928 triliun, tumbuh 6,9 persen (year on year/yoy), sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya (7,2 persen yoy).

BI Respons Viral Warga Pasuruan Jual Uang Pecahan Baru Rp2 Miliar

BI Respons Viral Warga Pasuruan Jual Uang Pecahan Baru Rp2 Miliar

4. Masyarakat lebih pilih investasi emas

Setelah Idul Fitri, pola konsumsi masyarakat berubah, ditandai penurunan pengeluaran yang signifikan.

Survei BSI menunjukkan 78,16 persen responden mengaku pengeluaran mereka menurun pasca-hari raya, menunjukkan pola konsumsi yang lebih terkendali setelah peningkatan pengeluaran selama Ramadan dan Idul Fitri.

“Setelah hari besar ini berakhir, terdapat perubahan perilaku individu untuk kegiatan konsumsinya di mana mereka mengurangi pengeluarannya,” ujar Priyesta.

Namun, riset tersebut juga menunjukkan banyak responden mulai merencanakan keuangan untuk Lebaran tahun depan. 43,74 persen mulai menabung satu bulan sebelum Ramadan, sementara 16,65 persen mempersiapkannya sejak setahun sebelumnya.

Baca Juga :  Pandu Sjahrir Jadi Eksekutif Danantara, Saham TOBA Melejit

Untuk persiapan finansial Ramadan dan Idul Fitri, 70,3 persen responden memilih menabung. 14,79 persen berinvestasi, dan 11,56 persen membuka usaha. Emas menjadi pilihan investasi terpopuler (52,48 persen).

Meskipun demikian, riset menunjukkan tingkat investasi masyarakat masih rendah. Temuan BSI Institute-PEBS (2023) menunjukkan pengeluaran untuk investasi di bawah 10 persen dari total pengeluaran individu.

5. Pertumbuhan ekonomi kuartal I tak optimal

Meskipun banyak yang pesimis, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto meyakini mudik Lebaran akan mendorong perekonomian kuartal I-2025.

Airlangga menjelaskan, konsumsi masyarakat selama Idul Fitri biasanya meningkat, mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemerintah juga telah menjalankan program untuk meningkatkan daya beli, seperti diskon tarif tol, tiket pesawat, dan Harbolnas.

“Pemerintah berharap faktor Hari Raya menjadi pengungkit di kuartal I ini,” ujar Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Kamis (27/3).

Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira, mengatakan penurunan tambahan uang beredar selama Ramadan dan Idul Fitri akan berdampak pada pembentukan PDB nasional yang tidak optimal. Menurunnya porsi simpanan perorangan (46,4 persen dari total DPK) juga menunjukkan pelemahan daya beli.

Situasi ini belum pernah terjadi di awal pemerintahan sebelumnya. Pada awal pemerintahan Jokowi-JK, porsi simpanan perorangan mencapai 58,5 persen, dan pada periode Jokowi-Ma’ruf mencapai 57,4 persen. Penurunan ini mengindikasikan masyarakat menguras tabungan karena upah riil rendah, tunjangan berkurang, dan ancaman PHK.

“Celios memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2025 hanya 5,03 persen (yoy), lebih rendah dari 5,11 persen pada triwulan I 2024,” kata Bhima.

 

Celios Sebut Pertumbuhan Ekonomi Q1 2025 Mentok di Level 5,03 Persen

Celios Sebut Pertumbuhan Ekonomi Q1 2025 Mentok di Level 5,03 Persen

Berita Terkait

Saham AS Terjun Bebas: Dampak Tarif Trump Terparah Sejak Pandemi
Vale Indonesia: 5 Aksi Jaga Air untuk Masa Depan Berkelanjutan
Harga Emas Antam Anjlok Rp 38 Ribu Setelah Lebaran, Ini Penyebabnya!
Harga Emas Antam Hari Ini Anjlok Drastis: Cek Detailnya!
Harga Emas Antam Anjlok! Cek Rincian Terbaru dan Penyebabnya
Harga Emas Antam Anjlok Drastis: Waktunya Beli? Cek Harga Terbaru!
Superbank Grab-Emtek Rugi Walau IPO Menggema: Analisis Mendalam
Emas Antam Hari Ini: Harga Anjlok Drastis Rp 38.000 Per Gram

Berita Terkait

Sabtu, 5 April 2025 - 12:19 WIB

Saham AS Terjun Bebas: Dampak Tarif Trump Terparah Sejak Pandemi

Sabtu, 5 April 2025 - 12:11 WIB

Vale Indonesia: 5 Aksi Jaga Air untuk Masa Depan Berkelanjutan

Sabtu, 5 April 2025 - 12:03 WIB

Harga Emas Antam Anjlok Rp 38 Ribu Setelah Lebaran, Ini Penyebabnya!

Sabtu, 5 April 2025 - 10:44 WIB

Harga Emas Antam Hari Ini Anjlok Drastis: Cek Detailnya!

Sabtu, 5 April 2025 - 10:19 WIB

Harga Emas Antam Anjlok! Cek Rincian Terbaru dan Penyebabnya

Berita Terbaru

general

Harga Emas Antam Terbaru: Peluang Investasi Usai Lebaran?

Sabtu, 5 Apr 2025 - 11:31 WIB