“Lord” atau “Goat”, demikian beberapa pecinta sepak bola Indonesia melabeli Antony sewaktu berseragam Manchester United (MU). Bahkan, sewaktu Antony dipinjamkan ke Real Betis, tak sedikit netizens yang menulis jika Barcelona dan Real Madrid perlu mewaspadai kehadiran “Goat” Antony di Liga Spanyol.
Istilah “Lord” atau pun “Goat” sebenarnya dipakai sebagai ungkapan sinis. Antony yang dibeli oleh MU dari Ajax pada tahun 2022 dengan harga 82 juta pounds menghadirkan ekspektasi tinggi bagi suporter Setan Merah. Kemampuannya dinilai bisa menjadi salah satu fondasi Pelatih Erik Ten Hag kala itu untuk mengembalikan performa MU.
Namun, ekspektasi itu berakhir hampa. Antony gagal menunjukkan performa terbaik.
Malahan, Antony yang sering melakukan aksi atraktif dengan gocekan dan permainan bola di kakinya disinis. Bagaimana pun, suporter sepak bola menantikan pengaruh si pemain lewat kemenangan dan bukannya sekadar menampilkan pertunjukan atraktif.
Gegara performanya tak begitu meyakinkan, Antony dilego ke Betis sebagai pemain pinjaman. Tak disangka sebulan lebih dari masa peminjaman itu, Antony tampil pada level yang berbeda.
Antony versi MU hilang sama sekali. Yang hadir adalah Antony yang benar-benar menyandang status sebagai “Lord” ataupun “Goat” sebagaimana ungkapan sinis netizens.
Antony menghadirkan tuah bagi Betis. Dari tujuh laga yang dimainkan, Betis hanya dua kali menderita kekalahan.
Kekalahan pertama terjadi saat bermain kontra Celta Vigo di Liga Spanyol. Selanjutnya, kekalahan kedua terjadi pada leg kedua UEFA Confrence League kontra Genk yang mana di atas kertas Betis sebenarnya sudah unggul 3-0 di leg pertama.
Selebihnya, Betis mampu meraih empat kemenangan dan satu kali hasil imbang. Di balik hasil positif itu, Antony menjadi salah satu aktor penting performa impresif Betis.
Terlihat Antony kerap kali mendapatkan nilai tertinggi sebagai pemain terbaik di setiap laga yang dimainkan. Bahkan, di dua laga perdana di Liga Spanyol, Antony mendapatkan label sebagai “man of the match”, termasuk saat kalah 2-3 dari Celta Vigo.
Tuah Antony terus berlanjut saat menjamu raksasa Liga Spanyol, Real Madrid. Bertempat di stadion Benito Villamarin (2/3/25), Betis berhasil menundukkan Madrid dengan skor 2-1 dalam pekan ke-26 lanjutan Liga Spanyol 2024/25.
Menariknya, Madrid terlebih dahulu unggul atas tuan rumah. Namun, memanfaatkan status tuan rumah, Betis mampu mengejar ketertinggalan itu hingga kemudian unggul di babak kedua lewat mantan pemain Madrid sendiri, Isco. Isco mencetak gol kemenangan Betis dari titik penalti.
Kekalahan itu mempengaruhi posisi Madrid. Madrid langsung turun ke tempat ketiga lantaran di tempat berbeda, Atletico meraih kemenangan sehingga berhak naik ke puncak. Jika Barca menang di laga tersisa, Atletico bisa tergeser ke posisi kedua.
Bagi Betis, kemenangan kontra Madrid mamantapkan posisi ke-6 klasemen sementara Liga Spanyol. Kesempatan untuk bersaing masuk empat besar bukanlah hal yang mustahil lantaran Betis terus menunjukkan konsistensi dari tiap lagi.
Ditambah lagi, Antony seperti menghadirkan tuah tersendiri bagi performa Betis sejak tiba dari MU. Tuah itu tampak dari hasil-hasil laga yang dimainkan Betis, termasuk melawan tim solid seperti El Real.
Tuah Antony juga menyebabkan Madrid yang berupaya untuk meraih poin penuh harus gigit jari. Madrid seperti menjadi korban dari tuah Antony.
Antony yang beroperasi di sisi sayap kiri permainan Betis kerap kali merepotkan lini belakang Madrid. Bahkan, Antony beberapa kali memberikan umpan matang bagi penyerang Betis, namun umpan-umpannya itu tak terselesasikan dengan efektif.
Berkat performa di Betis, Antony menjadi sensasi. Ruben Amorim pun ikut berkomentar.
Alih-alih memuji performa Antony, pelatih asal Portugal itu mengevaluasi perbedaan performa Antony di Liga Inggris dan Liga Spanyol.
Amorim menilai bahwa pemain asal Brasil itu bisa berkembang dengan baik di Liga Spanyol lantaran Liga Inggris lebih menekankan aspek fisik. Penekanan pada aspek fisik itu yang membuat si pemain sulit untuk mengeluarkan performa terbaik sewaktu masih berseragam MU.
“Ketika engkau bermain di tim mana saja di Inggris, aspek fisik sangat ditekankan di sana. Jika engkau tidak mempunyai kekuatan fisik, engkau akan berjuang lebih banyak,” ungkap Amorim kepada mantan bek MU, Rio Ferdinand di TNT Sports.
Hal itu, memang, terbukti lantaran Antony terlihat sangat kewalahan ketika menghadapi bek-bek tim-tim Liga Inggris. Selama berseragam MU, Antony memiliki 44.1 persen kesuksesan dari dribelnya melewati bek lawan. Jumlah itu terendah apabila menimbang performa dari rekan-rekan setimnya di MU.
Terlepas dari performa mandek Antony di MU, yang pasti Antony menemukan kembali tajinya bersama Betis di Liga Spanyol.
Bukan tak mungkin, performa impresif itu menjadi titik balik bagi pemain berusia 25 tahun sekaligus menjadi jalan untuk menunjukkan jati diri sebagai “Lord” atau pun “Goat”, label sinis yang dilontarkan netizen Indonesia untuknya.
Salam Bola