Jakarta, IDN Times – Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) mencatatkan kenaikan 1,41 persen (year to date/ytd), sementara pangsa pasar saham syariah kini mencapai 55,33 persen dari total saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Artinya, lebih dari separuh saham di Indonesia adalah saham syariah dan peluang ini harus terus dikembangkan. Peluang ekonomi syariah ditopang dengan jumlah penduduk Muslim di dunia yang mencapai lebih dari 2 miliar jiwa atau 25 persen dari populasi global.
“Di Indonesia sendiri, populasi Muslim mencapai 245 juta jiwa. Jangan sampai pasarnya besar, tetapi dimanfaatkan oleh pihak atau negara lain. Jadi bagaimana mengoptimalkan peluang ini?” ujar Penasehat Center for Sharia Economic Development Institute for Development of Economics and Finance (CSED-Indef) A. Hakam Naja dalam Diskusi 100 Hari Pemerintahan Prabowo: Menagih Janji Bidang Ekonomi Syariah yang diikuti secara daring, Jumat (31/1/2025).
Baca Juga: Indef Minta Prabowo-Gibran Optimalkan Peluang Keuangan Syariah
Baca Juga: Indef Minta Prabowo-Gibran Optimalkan Peluang Keuangan Syariah
1. Syarat pasar modal syariah
Pasar modal syariah dapat diartikan sebagai kegiatan dalam pasar modal sebagaimana yang diatur dalam undang-undang (pasar modal) yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Secara umum kegiatan Pasar Modal Syariah tidak memiliki perbedaan dengan pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik khusus Pasar Modal Syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
“Di sini jelas bahwa pasar syariah kita separuh lebih adalah saham syariah. Jadi sebenarnya sangat besar potensi keuangan syariah di dalam negeri,” kata Hakam Naja.
2. Literasi syariah masyarakat baru sentuh 39,11 persen
Sementara itu, CSED Indef Murniati Mukhlisin menyampaikan indeks literasi syariah di Indonesia baru menyentuh 39,11 persen, realisasi ini masih lebih rendah dibandingkan dengan literasi konvesnional sebesar 65,08 persen.
“Karena memang bila dari segi literasi kita sudah cukup tinggi dibandingkan inklusi. Jadi artinya 39 orang dari 100 orang itu paham tentang keuangan syariah, tetapi dari segi inklusinya hanya 12 persen yang mengerti keuangan syariah. Sedangkan yang punya rekening dan ada pembiayaan di syariah serta ada investasi di syariah hanya 12 persen,” tegasnya.
Baca Juga: BSI Terima Alokasi KUR Syariah Rp17 Triliun di 2025
Baca Juga: BSI Terima Alokasi KUR Syariah Rp17 Triliun di 2025
3. Perempuan lebih paham literasi keuangan
Menurut hasil survei literasi keuangan yang diumumkan pada akhir tahun 2024, perempuan ternyata sedikit lebih melek literasi keuangan dibandingkan laki-laki.
Survei ini menunjukkan bahwa meskipun angka literasi keuangan secara keseluruhan masih jauh dari angka ideal, terdapat sedikit perbedaan antara gender, dengan perempuan mendominasi sedikit dalam hal pemahaman keuangan.
Dari hasil survei yang melibatkan responden dari berbagai kalangan, baik yang berfokus pada keuangan syariah maupun konvensional, ditemukan bahwa perempuan sedikit lebih teredukasi mengenai topik ini dibandingkan laki-laki, meskipun selisihnya sangat kecil.
“Menurut survei tahun kemarin maksudnya, ya sudah hasilnya diumumkan kemarin tahun 2024 dan 2025 nanti akan diharapkan sampai 50 persen. Kita lihat di sini perempuan lebih melek (paham) sedikit daripada laki-laki. Jadi dalam Asta Cita sedikit tersentuh sedikit ya, karena memang dari segi percentage, dari segi literasi masih sangat jauh, (5:43) hanya saja kalau kita lihat dari gender, ternyata perempuan lebih melek sedikit saja, (5:48) beberapa persen saja,” ungkapnya.
Baca Juga: 21 Peluang Bisnis Syariah, Insyaallah Menguntungkan!
Baca Juga: 21 Peluang Bisnis Syariah, Insyaallah Menguntungkan!