Selama setahun terakhir, eksplorasi material lokal telah menjadi fokus dalam beberapa proyek arsitektur studio Housescape Design Lab, sebuah studio arsitek yang berbasis di Thailand. Inipun termasuk sebuah rumah di Distrik Lom Sak, Provinsi Phetchabun, Thailand. Terletak di Phetchabun Basin, kawasan ini memiliki lanskap indah yang dilengkapi oleh pemandangan Gunung Khao Nam Ko Yai di latar belakang, serta angin lereng yang berhembus melewati rumah.
Selain itu, lapisan tanahnya kaya akan batu kerikil besar, sejalan dengan tradisi arsitektur setempat yang menggunakan batu sebagai dasar fondasi rumah.
Sebelum memulai desain rumah ini, studio arsitek melakukan riset mendalam guna memahami karakteristik lokal. Salah satu referensi utama adalah riset Hean Sao Yong Hin oleh Kanittha Pansri dan Prof. Dr. Veera Inpantang, yang mengkaji arsitektur tradisional di Phetchabun Basin.
Temuan dalam riset tersebut sangat relevan dengan kondisi geologis lokasi, memberikan fondasi historis yang memperkuat keberlanjutan proyek ini.
Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan proyek ini yaitu memperoleh kayu bekas dari rumah-rumah lama di daerah ini. Karena pasokan yang terbatas, alternatif lain dipilih dengan mendapatkan kayu dari Chiang Mai.
Tiga rumah tua di daerah pinggiran Chiang Mai dibongkar, dan setiap detail kayu—mulai dari proporsi hingga tekstur—didokumentasikan dengan teliti. Setelah itu studio arsitek mengembangkan suatu model untuk mengeksplorasi bagaimana material ini dapat digunakan kembali dalam fungsi ruang yang lebih inovatif.
Hasilnya adalah pendekatan arsitektur yang tidak hanya mempertahankan esensi tradisional, tetapi juga menciptakan hubungan baru antara pintu, jendela, dan ruang.
Rumah ini memiliki keunikan yang menarik. Jika Anda teliti, terdapat batu yang digunakan sebagai dasar kolom kayu. Batu-batu yang secara alami tertanam di bawah tanah ini hanya digali secukupnya untuk menjaga keseimbangan geologis. Namun karena faktor iklim yang tidak dapat diprediksi, maka elemen beton bertulang ditambahkan untuk meningkatkan stabilitas struktur.
Baut baja berdiameter 20 mm tertanam di fondasi beton sebelum dihubungkan dengan batu dasar setiap kolom kayu, memastikan ketahanan tanpa menghilangkan nilai tradisionalnya.
Lingkungan luar rumah dirancang dengan pendekatan ekologis. Sistem kanal Sai Kai dibuat untuk mengalirkan air dan meningkatkan bioremediasi alami. Alih-alih memiliki halaman rumput yang seragam dari segi jenis, berbagai jenis tanaman dibiarkan tumbuh, menciptakan keseimbangan ekosistem yang lebih alami. Dengan konsep ini, rumah tidak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga ruang belajar yang mengajarkan keterhubungan antara manusia dan alam.
Teks oleh: Nadaska Ilyasa WibowoSumber foto: Rungkit Charoenwat
