Bagaimana Mengendalikan Keinginan Pamer di Media Sosial?

- Penulis

Sabtu, 1 Maret 2025 - 08:55 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tanpa kita sadari, setiap saat kita selalu berperang dengan diri sendiri. Terutama keinginan untuk memamerkan sisi liar, alias kebutuhan akan validasi diri di media sosial.

Berkaca pada teori hirarki kebutuhan psikolog Abraham Maslow, tentunya di sana kita akan masuk dalam kategori “Aktualisasi Diri.”

Aktualisasi diri bagi Maslow merupakan momen tertinggi dari pencarian manusia.

Pendapat tersebut, semakna dengan sudut pandang filsuf Aristoteles dalam etika Nikomahkhean yakni; tujuan tertinggi dan terakhir dari pencarian manusia adalah kebahagiaan.

Pertanyaan; Apakah kita benar-benar merasa puas, ketika kita sudah mencapai fase Aktualisasi Diri?

Berdasarkan pengalaman saya, justru momen tersebut menjadi bumerang bagi diri sendiri.

Karena keinginan untuk mencari validasi diri dengan update status secara kontinyu, justru menyebabkan rentetan persoalan lainnya.

Secara sadar, ada kalanya saya ingin menutup media sosialku. Namun, sebagai makhluk sosial, saya tidak mungkin hidup sendirian.

Apalagi menjalani kehidupan di era kebisingan ini, tanpa media sosial, sama saja saya kehilangan separuh hidupku.

Mengapa hal tersebut terjadi dalam kehidupanku?

Faktor pertama karena pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

Baca Juga :  Tuntutan THR untuk Ojol: Kewajaran atau Kemanjaan?

Kedua: Tiada kesadaran diri untuk membatasi diri 

Ketiga: Tuntutan komunitas pertemanan

Keempat: Media sosial bagian dari manivestasi diri yang merindukan kedamaian hidup, meski pada realita sangat kejam.

Fenomenologi atau realitas yang saya alami sebagai (subjek) mungkin saja berbeda dengan sudut pandang pembaca.

Namun, saya mengakui bahwasannya kebutuhan akan aktualisasi diri, sebenarnya adalah bagian dari kekosongan dan kerinduan terberat saya akan highlight kebahagiaan dalam menjalani rutinitas harian.

Padahal, persoalan atau masalah sampai kapan pun akan saya alami.

Dalam konteks ini, pikiran saya kembali berkelana dengan pernyataan satiris dari filsuf Friedrich Nietzsche bahwasannya pada dasarnya manusia selalu berusaha untuk menghindari rasa sakit dan lebih menyukai kesenangan.

Lantas, kesenangan seperti apa yang saya dambakan?

Saya pun hingga saat ini masih bertanya-tanya, kok bisa ya ada orang yang selama hidupnya tidak pernah tergoyahkan dengan kebisingan di ruang publik.

Dalam diri, saya memvisualisasikan dan pada satu fase saya menemukan kesimpulan bahwasannya pribadi yang bersangkutan mungkin saja Kehidupan, terutama manajemen emosinya sudah matang.

Sehingga dalam kondisi apa pun, ia selalu tenang. Jika seandainya memilih, saya pun ingin menjadi pribadi yang punya filterisasi akan segala distorsi atau gangguan dari pihak luar.

Baca Juga :  Kaya Mendadak Bisa Jadi Masalah, Simak 6 Cara Mengelolanya dengan Baik

Namun, menyadari akan kapasitas diri, saya pun berusaha untuk menerima keadaan diri.

Karena mungkin dengan cara demikian, pada akhirnya saya akan menemukan sparkle up atau seberkas harapan untuk kehidupan tanpa adanya keinginan untuk terus memvalidasi diri di media sosial.

Sebagai bahan pertimbangan, saya pun teringat dengan beberapa catatan sederhana dari beberapa tokoh klasik, di antaranya; Konfusius, Mahatma Gandhi dan Mother Theresia bahwasannya kehidupan tanpa masalah tidak akan pernah mendewasakan.

Artinya; persoalan hidup, terutama keinginan untuk tampil berbeda di media sosial bahkan melebih-lebihkan segala sesuatu merupakan bagian dari pemanis kehidupan.

Lalu, bagaimana pendekatan yang tepat, guna meminimalisir keinginan untuk mencari pengakuan di media sosial?

Pertama; Mendengarkan musik

Kedua; Menonton film 

Ketiga: Fokus pada pengembangan diri 

Keempat: Meningkatkan kualitas tidur.

Keempat resilensi atau kemampuan untuk keluar dari persoalan tersebut, setidaknya dapat mengekang keinginan yang berlebihan untuk selalu mencari perhatian di ruang publik.

Berita Terkait

Menemukan Apa yang Kita Cari
Mencari Harga Diri Tanpa Menjatuhkan Orang Lain
Dari Kegelapan Menuju Cahaya

Berita Terkait

Sabtu, 1 Maret 2025 - 08:55 WIB

Bagaimana Mengendalikan Keinginan Pamer di Media Sosial?

Sabtu, 22 Februari 2025 - 07:07 WIB

Menemukan Apa yang Kita Cari

Sabtu, 8 Februari 2025 - 07:47 WIB

Mencari Harga Diri Tanpa Menjatuhkan Orang Lain

Selasa, 4 Februari 2025 - 07:37 WIB

Dari Kegelapan Menuju Cahaya

Berita Terbaru