Terbayar Sudah Segala Lelah dengan Sedapnya Lontong Kikil

Avatar photo

- Penulis

Rabu, 26 Februari 2025 - 07:56 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

RAGAMUTAMA.COM – Jelang Ramadan, Terbesit keinginan jalan kaki pagi dengan rute berbeda dari biasanya, sekaligus bertualang menikmati suasana baru.

Hampir setiap pagi saya berolaharaga dengan menyusuri jalan di sekitar tempat tinggal. Satu hingga satu setengah kilometer menikmati pemandangan sama. Juga, beristirahat di tempat itu-itu saja. Menyantap penganan itu-itu juga.

Rencananya, hari itu berjalan kaki tanpa rencana. Tanpa arah pasti. Petualangan kali ini memberikan pengalaman berbeda, selain suasana lain.

Melintasi Rel Tanpa Palang

Menyusuri JL RE Martadinata, Kota Bogor, berjalan di bawah fly over akan menjumpai rel ganda Commuter Line (KRL) Bogor-Jakarta. Tadinya, jalan beraspal berpotongan dengan rel, atau lazim disebut perlintasan sebidang.

Ada saatnya perlintasan tersebut merupakan kerajaan macet, pada waktu-waktu Kereta Rel Listrik (KRL) melintas, terutama pada jam-jam sibuk.

Namun, sejak jalan layang di atas rel diresmikan penggunaannya, maka tidak ada lagi perlintasan sebidang. Kendaraan bermotor bergerak melalui fly over. Tak pernah terlihat kemacetan lagi.

Takada perlintasan sebidang. Kendaraan bermotor tidak bisa menyeberangi rel. Terpasang patok-patok dan tidak ada jalan untuk kendaraan. Hanya pejalan kaki yang bisa memintasi rel.

Masalah bagi saya. Pasalnya, tidak tampak petugas yang mengatur kapan orang boleh menyeberang atau tidak. Tidak ada penanda yang bisa menunjukkan bahwa lintasan aman untuk dilewati.

Sedangkan, KRL berjalan dengan senyap, tidak seperti lokomotif bermesin diesel yang raungannya terdengar dari jauh. Klakson? Kadang dibunyikan, kadang tidak, tegantung situasi.

Dengan mengucap doa, saya menyeberang. Celingak-celinguk, seraya menandai tempat “aman” jika mendadak terlihat kereta. Tidak bisa berjalan cepat, atau kabur, seperti orang lainnya jika ada kondisi bahaya.

Kurang dari satu menit setelah tiba di seberang, saya terkesiap. Tampak ular besi mendesis, melaju, mendekat, dan makin dekat.

Menyusuri Trotoar Bopeng

Ujung JL RE Martadinata adalah Taman Air Mancur, JL Jend. Sudirman. Dihitung dengan Google Maps, jaraknya 1,3kilometer dari rumah.

Baca Juga :  BCA Singapore Airlines Travel Fair Digelar 7-9 Februari 2025 di Gandaria City

Belok ke kanan melalui trotoar di depan Pusdik Zeni TNI-AD, menikmati pemandangan bulevar yang lebar, lurus, dan beraspal halus. Bila dilanjutkan sampai mentok, jalan yang dari dulu aspalnya selalu bagus akan berakhir di gerbang Istana Kepresidenan Bogor.

Berbeda dengan trotoar di sisi seberang jalan, jalur pejalan kaki yang saya lewati bopeng di banyak bagian. Sayang sekali, merusak pemandangan tengaran kebanggaan Kota Bogor itu.

Bisa jadi, renovasi trotoar bopeng akan tertunda, akibat efisiensi anggaran yang “lagi ngetren”. Semoga tidak.

Setelah menempuh jarak 650 meter, melewati Museum PETA dan Kodim 0606 Kota Bogor, saya melihat banyak penjual makanan di area parkir ruko. Ada sate, nasi uduk, bubur ayam, gudeg, dan banyak lagi. Masuk lebih dalam, tampak gerobak penjual sego bebek, soto ayam dan ceker, soto daging sapi, dan lontong kikil. Aha …!!!

Lontong Kikil

Makanan ini khas Jawa Timur. Namun, saya belum pernah mencobanya. Atau lupa, saking lama betul.

Saya kira, hanya tempat itu yang menyediakan Lontong Kikil di Kota Bogor. Tak pernah terlihat di tempat lain. Maka, gerai tersebut menjadi tujuan saya beristirahat.

Tempat duduk bulat dan meja terbuat dari stainless steel. Tampak bersih. Pada gerobak tertata bahan bahan-bahan dan dua dandang pemanas kaldu. Satu untuk kuah soto ayam, lainnya untuk kuah soto daging

Saya memesan Lontong Kikil tanpa dibubuhi micin. Penasaran dengan tampilan pun rasanya.

Semangkuk makanan berkuah terhidang di hadapan. Menguarkan uap khas masakan berempah. Tampilan dan aroma Lontong Kikil sangat merangsang, tak sabar ingin segera menyantapnya. Penyajian dan aroma makanan mempengaruhi pikiran, merupakan faktor pembangkit selera makan.

Di dalam mangkuk berisi potongan lontong, kikil dikerat, tauge (kecambah) pendek, seledri rajang, taburan koya, bawang goreng. Koya adalah bubuk terbuat dari kerupuk udang goreng yang dihaluskan.

Baca Juga :  5 Tempat Wisata di Sekitar Candramaya Pool and Resort Klaten Jateng,Umbul hingga Pesona Alam Tirta

Kuah kekuningan cenderung bening hampir merendam isian Lontong Kikil. Demi mendapatkan kesan, saya mencicipi kuah meski seujung sendok, Terasa kaldu hasil olahan beragam rempah dan daging. Serupa kuah soto.

“Ya, memang pakai kuah soto daging,” kata penjual.

Terjawab sudah. Tak perlu diragukan lagi rasa kuahnya. Kemudian, ke dalam mangkuk saya menambahkan sedikit sambal dan air perasan jeruk nipis.

Kombinasi gurih, asam, dan pedas membentuk kaya rasa kaldu. Sedap tanpa syarat, dengan tetap mempertahankan komposisi kuah ringan ketika dicecap, tidak seperti kuah soto bersantan. Membuat lidah tidak lelah menyeruput kuah Lontong Kikil.

Menggigit potongan kikil adalah merasakan kelembutan, ketika melumatnya dalam mulut. Tidak liat. Tak perlu perjuangan untuk menggigit dan mengunyahnya.

Sepertinya, dan itu sudah semestinya, bagian pergelangan kaki sapi yang direbus sangat lama. Tekstur jaringan ikat dan tulang rawan pembungkus tulang menjadi empuk.

Tidak berapa lama, saya beranjak dan berbincang sejenak dengan sang penjual. Hidangan soto dan lontong kikil berasal dari Lamongan.

Ternyata, penjual sego bebek berkerabat dengannya. Demikian pula dengan warung tenda yang buka malam hari, yaitu Bonek 69 (menjual nasi uduk dan seafood) serta penjual nasi rawon dan soto Lamongan.

Rupanya, mereka pebisnis kuliner ulang. Menurut pengamatan saya, warung-warung tersebut tidak pernah sepi.

Setelah berbincang iseng, saya membayar harga semangkuk Lontong Kikil Rp24.000, lalu berjalan meninggalkan beberapa orang yang sedang menyantap soto ayam ceker.

Jalan kaki lagi? Enggak lah yauw, capek! Saya menaiki angkot nomor 12, yang melewati jalan dekat rumah.

Tidak rugi olahraga jalan kaki pagi dengan rute lebih jauh, meski sempat tegang karena melintasi rel tanpa palang pintu. Imbalan dari semua lelah adalah menikmati hidangan Lontong Kikil yang sedap. Yummy!

Berita Terkait

Liburan Singkat: Pantai Cantik Dekat Gorontalo, Ideal untuk Keluarga!
Bus Wisata Gratis Magelang: Peluang Edukasi Seru untuk Siswa SD!
Wisata Klaten: Nikmati Sensasi Jepang dengan Sungai Jernih Penuh Ikan, Hanya 43 Menit dari Solo!
Thailand Wajibkan Pengisian TDAC untuk Semua Penumpang Mulai Mei 2025
Jelajahi Malaysia: Rekomendasi Destinasi Wisata 6 Hari 5 Malam
Wisata Edukasi Keluarga: Jelajahi Jogja, Hanya Sejam dari Klaten!
Liburan Hemat: 15 Destinasi Wisata Gratis untuk Pemegang KJP Plus di Jakarta
Nikmati Kuliner Hawker Lokal Berkelas di de Braga ARTOTEL

Berita Terkait

Selasa, 29 April 2025 - 14:51 WIB

Liburan Singkat: Pantai Cantik Dekat Gorontalo, Ideal untuk Keluarga!

Selasa, 29 April 2025 - 14:47 WIB

Bus Wisata Gratis Magelang: Peluang Edukasi Seru untuk Siswa SD!

Selasa, 29 April 2025 - 14:35 WIB

Wisata Klaten: Nikmati Sensasi Jepang dengan Sungai Jernih Penuh Ikan, Hanya 43 Menit dari Solo!

Selasa, 29 April 2025 - 11:59 WIB

Thailand Wajibkan Pengisian TDAC untuk Semua Penumpang Mulai Mei 2025

Selasa, 29 April 2025 - 09:55 WIB

Jelajahi Malaysia: Rekomendasi Destinasi Wisata 6 Hari 5 Malam

Berita Terbaru

Family And Relationships

Ariel Noah Berduka: Ucapan Duka Yuni Shara, Raffi Ahmad, dan Artis Lain Mengalir

Selasa, 29 Apr 2025 - 14:43 WIB

Family And Relationships

Lee Seung Gi Minta Maaf: Akhiri Hubungan dengan Keluarga Istrinya?

Selasa, 29 Apr 2025 - 14:31 WIB