TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan langkah utama yang harus dilakukan adalah membereskan tata kelola (governance) sebelum implementasi sistem transaksi tol non-tunai nirsentuh atau Multi Lane Free Flow atau MLFF di jalan tol.
“Yang saya harus kerjakan saat ini adalah membereskan governance-nya dulu,” ujar Dody Hanggodo saat konferensi pers di Jakarta pada hari Jumat, 21 Februari 2025.. Hal ini menunjukkan bahwa aspek regulasi dan administrasi harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum proyek ini dapat berjalan.
Meskipun sejumlah program telah disiapkan untuk mendukung pelaksanaan MLFF, implementasinya belum dapat berjalan karena anggaran Kementerian PU saat ini masih diblokir oleh Kementerian Keuangan. Artinya, ada kendala administratif atau teknis yang menyebabkan anggaran tersebut belum dapat digunakan, sehingga proyek ini harus menunggu kepastian terkait pencairan dana sebelum bisa direalisasikan.
“Anggaran saya hari ini masih dikunci sehingga saya belum bisa apa-apa, saya sudah punya program dan saya sudah berbicara dengan Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) serta Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga. Dan pada saat anggaran itu masih dikunci saya belum bisa apa-apa. Tunggulah kasih waktu saya. Tapi pokoknya kalau sudah ada kontrak kita harus hormati kontrak tersebut,” kata Dody.
Dody juga mengungkapkan bahwa ia telah mengomunikasikan hal ini kepada pemerintah Hungaria serta Kementerian Luar Negeri. “Saya sampaikan kepada Pemerintah Hungaria, dan saya sampaikan juga ke teman-teman di Kementerian Luar Negeri,” ujarnya, seperti dikutip dari Antara.
Apa Itu Sistem Multi Lane Free Flow atau MLFF?
Menurut informasi dari laman resmi Kementerian Keuangan, sistem transaksi tol Multi Lane Free Flow atau MLFF merupakan sistem yang memungkinkan pengendara melaju tanpa harus berhenti di gerbang tol untuk melakukan pembayaran. Sistem ini bertujuan meningkatkan efisiensi mobilisasi masyarakat dalam penggunaan jalan tol.
Untuk mengoptimalkan penerapannya, sistem ini menggunakan teknologi Electronic Toll Collection (ETC) berbasis Global Navigation Satellite System (GNSS) yang akan diterapkan di beberapa ruas tol di Indonesia. Pemerintah melalui Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) adalah sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) dan bekerja sama dengan Roatex Indonesia Toll System (RITS), anak usaha dari Roatex Ltd. asal Hungaria—yang memenangkan tender dan menjadi pemrakarsa proyek MLFF.
Proyek ini, dikutip dari laman Kemenkeu, menggunakan skema Design-Build-Finance-Operate-Transfer (DBFOT), yakni Roatex akan merancang, membangun, membiayai, mengoperasikan, dan setelah 10 tahun mengalihkan sistem kepada pemerintah. Pendanaan proyek ini sebesar Rp 4,4 triliun dan akan dikembalikan melalui skema user charge atau tarif tol yang dibayarkan pengguna.
Merangkum dari Badan Pengatur Jalan Tol, Kementerian Pekerjaan Umum, dengan menggunakan Global Navigation Satellite System (GNSS), teknologi Multi Lane Free Flow (MLFF) memungkinkan transaksi dilakukan melalui aplikasi smartphone dan dibaca langsung oleh satelit. Sistem ini bekerja saat kendaraan melewati pintu tol, saldo uang elektronik pada aplikasi di ponsel akan otomatis terpotong dan memungkinkan transaksi berlangsung tanpa perlu berhenti.
Sistem pembayaran Multi Lane Free Flow (MLFF) memungkinkan transaksi dilakukan secara otomatis dan tanpa perlu berhenti. Kendaraan dapat melaju dalam kecepatan normal menggunakan teknologi nirsentuh ini.
Dengan penerapan uang elektronik, waktu transaksi telah berkurang dari 10 detik pada sistem manual menjadi 4 detik. Sistem MLFF juga dinilai mampu menghilangkan waktu antrean sepenuhnya sehingga transaksi menjadi nol detik. Selain meningkatkan efisiensi waktu, sistem ini juga memberikan manfaat lain seperti pengurangan biaya operasional dan konsumsi bahan bakar, karena kendaraan tidak perlu berhenti atau melambat di gerbang tol.
Pilihan Editor: Sistem Transaksi Tol Nirsentuh MLFF Belum Jelas, Menteri PU: Ceritanya Agak Panjang