KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas global dan logam mulia dalam negeri mengalami kenaikan signifikan pada pekan lalu.
Pada Jumat (21/2), harga emas dunia mencapai rekor tertinggi di level US$ 2.930 per ons troi. Sementara itu, harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam menembus Rp 1.707.000 per gram.
Sekretaris Perusahaan PT Aneka Tambang Tbk, Syarif Faisal Alkadrie, menyatakan bahwa kenaikan harga emas berdampak positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Baca Juga: Harga Emas Capai Rekor, Ketidakpastian Politik Global Memicu Permintaan Safe-Haven
“Emas memiliki potensi besar dalam mendukung pertumbuhan keuangan Antam,” ujar Faisal kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Antam mencatat tingginya minat masyarakat terhadap investasi emas. Untuk menjaga ketersediaan stok, perusahaan mengoptimalkan produksi serta memperkuat pengadaan bahan baku melalui kerja sama dengan pihak ketiga.
Salah satu mitra strategis Antam adalah PT Freeport Indonesia (PTFI), yang merupakan bagian dari holding pertambangan BUMN, Mind ID.
Antam telah menerima pengiriman pertama bahan baku logam mulia dari PTFI pada Rabu (12/2). Pengiriman emas batangan tersebut dilakukan ke fasilitas Antam di Pulogadung, Jakarta, dengan jumlah 125 kilogram (kg) dan nilai Rp 207 miliar. Emas ini memiliki kadar kemurnian 99,99%.
Baca Juga: Harga Emas Capai Rekor Tertinggi ke Senin (16/9), Menanti Suku Bunga The Fed
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rizkia Darmawan, menilai bahwa penguatan harga emas menjadi katalis positif bagi Antam, mengingat emas merupakan salah satu kontributor utama pendapatan perusahaan.
Namun, ia mengingatkan bahwa Antam juga memiliki eksposur besar terhadap komoditas lain seperti nikel dan bauksit.
Menurut Rizkia, prospek kinerja Antam pada 2025 akan bergantung pada tiga faktor utama, yaitu margin emas, volatilitas harga nikel, dan permintaan pasar. “Margin emas yang lebih baik dapat menjadi pendorong utama kinerja, tetapi volatilitas harga nikel tetap menjadi risiko,” jelasnya.
ANTM Chart by TradingView
Equity Research Analyst Panin Sekuritas, Rizal Nur Rafly, juga sepakat bahwa tren kenaikan harga emas menjadi faktor positif bagi Antam. Namun, ia menyoroti kondisi pasar nikel yang masih mengalami oversupply.
Rizal memproyeksikan harga nikel pada 2025 akan berada di kisaran US$ 15.000–US$ 16.000 per ton, lebih rendah dibandingkan rata-rata harga US$ 17.052 per ton pada 2024. Kondisi ini dapat membebani kinerja keuangan Antam.
Baca Juga: Harga Emas Global Rekor, Harga Emas Antam Jadi Makin Mahal
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, Rizal merekomendasikan beli saham Antam dengan target harga Rp 1.700 per saham. Sementara itu, Rizkia menetapkan target harga yang lebih tinggi, yakni Rp 1.900 per saham.