Mata merah dan berair sering dianggap sebagai kondisi sepele yang akan hilang dengan sendirinya. Namun, tahukah kamu bahwa dalam beberapa kasus, kondisi ini bisa menjadi tanda dari masalah kesehatan yang lebih serius?
Dari iritasi ringan hingga infeksi yang memerlukan penanganan medis, mata merah dan berair dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut World Health Organization (WHO), gangguan pada mata sering kali dikaitkan dengan berbagai faktor lingkungan.
Jika kamu sering mengalaminya, penting untuk memahami penyebabnya agar bisa mengambil langkah yang tepat dalam mengatasinya. Berikut ini Popmama.com sudah menyiapkan 9 penyebab mata merah dan berair, serta cara efektif untuk mengatasinya.
1. Alergi
Alergi adalah salah satu penyebab utama mata merah dan berair. Reaksi alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap zat asing seperti serbuk sari, debu, bulu hewan, atau polusi udara.
Saat tubuh mendeteksi alergen, sistem kekebalan akan melepaskan histamin, yang menyebabkan peradangan pada mata. Mengutip dari American Journal of Ophthalmology, lebih dari 20% populasi dunia mengalami alergi mata setiap tahunnya.
Cara mengatasi: Untuk mengurangi gejala alergi mata, hindari paparan alergen sebisa mungkin. Gunakan kacamata saat berada di luar ruangan untuk melindungi mata dari debu dan serbuk sari.
2. Iritasi akibat polusi udara
Paparan asap kendaraan, debu, serta bahan kimia di udara dapat menyebabkan iritasi pada mata. WHO mencatat bahwa polusi udara berdampak signifikan terhadap kesehatan mata, terutama bagi mereka yang tinggal di perkotaan dengan tingkat pencemaran tinggi.
Polusi dapat merangsang produksi air mata sebagai mekanisme pertahanan alami tubuh untuk mengeluarkan zat berbahaya dari mata. Polusi juga dapat memperburuk gejala bagi mereka yang sudah memiliki kondisi mata kering atau alergi.
Cara mengatasi: Gunakan kacamata pelindung saat berada di lingkungan dengan tingkat polusi tinggi. Setelah beraktivitas di luar ruangan, cuci mata dengan air bersih untuk menghilangkan partikel debu yang mungkin menempel.
3. Infeksi virus atau bakteri
Mata merah dan berair juga bisa menjadi gejala infeksi, baik yang disebabkan oleh virus maupun bakteri. Infeksi ini biasanya terjadi akibat kontak dengan tangan kotor, air yang terkontaminasi, atau penggunaan lensa kontak yang tidak higienis.
Infeksi virus seperti konjungtivitis sering disertai dengan gejala lain seperti mata berair berlebihan, gatal, dan terkadang nyeri ringan. Menurut laporan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), konjungtivitis akibat virus dapat menyebar dengan sangat cepat, terutama di lingkungan sekolah dan kantor.
Cara mengatasi: Jika infeksi disebabkan oleh virus, biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam 1–2 minggu. Mengompres mata dengan air hangat dan menjaga kebersihan tangan dapat membantu mempercepat pemulihan.
4. Paparan layar berlebihan
Menatap layar komputer, ponsel, atau televisi dalam waktu lama dapat menyebabkan digital eye strain, yang ditandai dengan mata merah, berair, dan kering. Paparan cahaya biru dari layar dapat mengganggu produksi air mata, yang kemudian memicu air mata berlebih sebagai respons dari tubuh.
Cara mengatasi: Gunakan aturan 20-20-20, yaitu setiap 20 menit, alihkan pandangan ke objek sejauh 20 kaki (sekitar 6 meter) selama 20 detik untuk mengurangi ketegangan mata. Menggunakan filter cahaya biru atau kacamata anti-radiasi juga bisa membantu mengurangi dampak buruk paparan layar terhadap mata.
5. Mata kering
Ironisnya, salah satu penyebab mata berair adalah mata kering. Ketika mata tidak cukup lembap, tubuh akan memproduksi air mata secara berlebihan sebagai kompensasi.
Ini sering terjadi pada orang yang bekerja di ruangan ber-AC, kurang minum air, atau mengalami gangguan pada kelenjar air mata. Dikutip dari National Eye Institute, bahwa sindrom mata kering lebih sering terjadi pada orang berusia di atas 50 tahun dan perempuan yang mengalami perubahan hormon.
Cara mengatasi: Gunakan tetes mata yang mengandung air mata buatan untuk menjaga kelembapan mata. Perbanyak konsumsi air putih dan makanan yang kaya omega-3 seperti ikan salmon dan chia seed.
6. Lensa kontak yang tidak higienis
Penggunaan lensa kontak yang tidak bersih atau terlalu lama dapat menyebabkan iritasi, infeksi, dan peradangan pada mata. Lensa kontak yang tidak dirawat dengan baik dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteri dan jamur.
Melansir dalam Journal of the American Medical Association (JAMA) Ophthalmology, lebih dari 50% pengguna lensa kontak tidak mengikuti prosedur kebersihan yang benar, seperti mencuci tangan sebelum memakainya atau mengganti cairan pembersih secara rutin. Akibatnya, risiko infeksi pada mata meningkat secara signifikan.
Cara mengatasi: Pastikan untuk selalu mencuci tangan sebelum memasang atau melepas lensa kontak. Gunakan cairan pembersih yang direkomendasikan oleh dokter mata dan hindari menggunakan air keran untuk membersihkan lensa.
7. Paparan zat kimia
Mata sangat sensitif terhadap zat kimia yang ditemukan dalam produk seperti sabun, sampo, make-up, atau bahkan uap dari bahan pembersih rumah tangga. Paparan zat kimia ini dapat menyebabkan iritasi yang ditandai dengan mata merah, berair, dan rasa perih.
Banyak produk kosmetik, terutama maskara dan eyeliner, mengandung bahan yang dapat memicu reaksi alergi atau iritasi pada mata. Selain itu, klorin dalam air kolam renang juga bisa menjadi pemicu mata merah dan berair, terutama bagi orang yang memiliki mata sensitif.
Cara mengatasi: Hindari kontak langsung mata dengan produk yang mengandung bahan kimia keras. Saat berenang, gunakan kacamata renang untuk melindungi mata dari klorin.
8. Cedera atau trauma pada mata
Benturan, goresan, atau benda asing yang masuk ke mata dapat menyebabkan iritasi, peradangan, dan produksi air mata berlebih sebagai respons alami tubuh untuk membersihkan mata. Cedera ringan seperti terkena debu atau bulu mata biasanya tidak berbahaya dan dapat diatasi dengan mudah.
Menurut American Academy of Ophthalmology, cedera mata yang tidak ditangani dengan baik dapat meningkatkan risiko infeksi atau bahkan kehilangan penglihatan. Oleh karena itu, sangat penting untuk segera mengidentifikasi dan menangani cedera mata dengan benar.
Cara mengatasi: Jika benda asing masuk ke mata, hindari menggosoknya karena bisa memperburuk kondisi. Cuci mata dengan air bersih atau gunakan cairan saline untuk membilasnya.
9. Penyakit autoimun
Beberapa kondisi autoimun seperti sindrom Sjogren, rheumatoid arthritis, dan lupus dapat memengaruhi produksi air mata. Sindrom Sjogren menyebabkan mata kering, yang kemudian memicu iritasi dan produksi air mata berlebih sebagai respons tubuh.
Dalam The Lancet Rheumatology menunjukkan, sekitar 90% penderita sindrom Sjogren mengalami gejala mata kering kronis, yang sering kali disertai dengan mata merah dan berair. Akibatnya, mata tidak mendapatkan cukup pelumasan alami, yang menyebabkan rasa kering, gatal, dan perih.
Cara mengatasi: Penderita penyakit autoimun perlu mendapatkan perawatan khusus dari dokter untuk mengelola kondisi mereka. Menggunakan air mata buatan atau obat tetes mata yang mengandung antiinflamasi dapat membantu meredakan gejala.
Jadi, itu dia 9 penyebab mata merah dan berair. Mata merah dan berair bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari alergi, polusi, infeksi, hingga paparan layar berlebihan. Jaga kesehatan matamu dengan menerapkan kebiasaan yang baik, ya!
Baca juga:
- 7 Penyebab Mata Bengkak, Kenali Faktor-Faktor yang Memicu
- 15 Salep Mata Bintitan dan Harga, Dijamin Ampuh!
- 6 Fakta Penyebab Mata Kedutan, Terlalu Stres Salah Satunya!