Paramiliter Sudan menewaskan lebih dari 200 orang saat mereka menyerang kawasan selatan ibu kota Sudan, Khartoum.
Dilansir AFP, data ini didapat dari The Emergency Lawyers, yang telah mendokumentasikan perang saudara di Sudan selama 22 bulan terakhir. Mereka mencatat, ratusan orang itu kabur usai tentara paramiliter menembaki pedesaan, saat mereka mencoba lari ke arah Sungai Nil Putih.
Sementara Kementerian Luar Negeri Pemerintah menyebut, ada 433 orang termasuk anak-anak yang tewas dalam serangan tersebut.
Serangan ini terjadi di beberapa desa di kawasan Sungai Nil Putih, yakni di desa Al-Kadaris dan Al-Khelwat, yang terletak sekitar 100 kilometer dari Khartoum.
Jubir PBB, Antonio Guterres menyebut mereka telah menerima laporan yang mengerikan tentang pertempuran itu.
“Lusinan perempuan diperkosa, dan ratusan keluarga terpaksa kabur,” kata Guterres.
Emergency Lawyers juga menyebut, paramiliter Sudan, RSF, menargetkan masyarakat sipil. Mereka mengeksekusi, menculik, hingga menjarah warga sipil itu.
Sejak perang pecah pada April 2023, baik paramiliter Sudan dan tentara pemerintah Sudan saling menuding satu sama lain melakukan kejahatan perang.
RSF sendiri dituding telah melakukan genosida. Mereka menargetkan minoritas non-Arab yang banyak bermukim di Darfur, sebelah barat Sudan. Bentuknya beragam, mulai dari eksekusi hingga kekerasan seksual secara sistematis.
Sejauh ini, perang telah menyebabkan puluhan ribu orang tewas. International Rescue Committee menyebut, ini adalah salah satu krisis humanitarian yang pernah tercatat.